[One Shoot] Thinking of You

S__3604681

Author : Angelinblack

Length : One Shoot

Genre : Romance,Drama,Sad

Main Cast : Min Yoongi [BTS], Park Jiyeon [OC], Kim Sukjin [BTS]

***

Saat dedaunan mulai berjatuhan
Saat jalanan terasa dingin diterpa angin

Saat tembok-tembok mulai basah akan hujan

Ku tengadahkan wajahku

Menatap langit yang mulai sendu

Dan tanpa kusadari aku mulai memikirkanmu

Tidak buruk, hanya saja

Kudapati diriku, masih berdiri di tempat yang sama
Dan sosokmu masih nyata

***

                Hujan. Musim hampir berganti dan langit seolah bersedih. Gadis itu mematung di balik jendela besar di hadapannya, menyembunyikan siluet di balik stiker besar yang tertempel menutupi sebagian jendela. Ia menghela nafas untuk kesekian kalinya. Mengapa, setiap saat turun hujan ia tidak pernah bisa menghentikan otaknya untuk memutar klise film lama dari memorinya.

“Jiyeon-ah!”seseorang menepuk pundaknya, membuatnya tersentak kaget. “Sampai kapan mau melamun di situ-eo?! Ada pelanggan datang, cepat catat pesanannya!”

“Baik”Jiyeon menanggukkan kepalanya. Ia menatap hujan di luar jendela sekali lagi, sebelum akhirnya pergi.

***

                “Kau terlalu sibuk sendiri!!”Jiyeon meletakkan tasnya dan berhambur menghampiri sosok lelaki yang tengah duduk disofa, sibuk dengan laptop dan headphone di kepalanya. Jiyeon berdecak pelan. “Kau tidak mendengarku bukan?”di lepasnya headphone laki-laki itu sembari memeluknya dari belakang.

                “Kapan kau datang?”sahut laki-laki itu kemudian, mengalihkan pandangan dari layar laptopnya.

                “Hanya itu tanggapanmu-eo?!”Jiyeon mengeluh pelan dan merenggangkan pelukannya.

                “Aku merindukanmu”sahut laki-laki itu kemudian, meraih tangan Jiyeon, melarang gadis itu melepas pelukannya.

                Jiyeon menyunggingkan senyumnya, diletakkannya dagunya di bahu laki-laki itu dan ditatapnya layar laptopnya yang kini menampilkan software music maker rumit yang tak ia mengerti sama sekali. “Yoongi-ah, lagu apa lagi ini?”tanyanya kemudian.

                Yoongi mengecup pipinya pelan dan menutup laptopnya. “Untuk festival nanti”sahutnya kemudian. “Kau akan datang, bukan?”

                Jiyeon menganggukkan kepalanya, sejurus kemudian ia menoleh keluar jendela melihat titik-titik air hujan mulai menempel di kaca. “Hujan lagi”sahutnya kemudian. Musim semi memang identik dengan hujan.

                “Bagus bukan kalau hujan?”sahut Yoongi kemudian. Ia melepas pelukan Jiyeon dan menarik gadis itu duduk di sebelahnya. “Kalau tidak ada hujan, kita tidak akan bertemu”

                Jiyeon menyunggingkan senyumnya untuk kesekian kali. Ya, laki-laki ini benar. Jika saat itu tidak ada hujan, mungkin tidak akan pernah ada kata di antara mereka. Masih hangat dalam memorinya, kali pertama ia berbicara dengan Yoongi. Sekitar 3 tahun lalu, saat mereka masih berseragam sekolah.

***

                Jiyeon mengeluh pelan dan menatap jam tangannya untuk kesekian kali, sebelum akhirnya merutuk pelan. Sudah 1 jam ia berdiri di depan pintu sekolah, menunggu hujan reda. Seharusnya jika ia membolos piket dan langsung pulang ke rumah, ia tidak akan terjebak hujan seperti ini. Diayunkannya sebelah kakinya, menendang-nendang ruang kosong di hadapannya. Baterai ponselnya pun sudah habis, seharusnya ia bisa menelfon kakaknya untuk minta di jemput.

                “Aish! Hujan lagi!”suara berat seseorang membuyarkan lamunannya. Jiyeon menoleh dan mendapati seorang laki-laki tengah berdiri di sebelahnya menatap hujan lebat dihadapan mereka. Ia mengenal laki-laki itu, lebih tepatnya hanya sekedar tahu. Min Yoongi, siswa kelas sebelah yang termasuk popular. Ia salah seorang pemain di tim basket dan juga gitaris band sekolahnya. Tahun lalu, ia sempat sekelas dengan laki-laki ini, tapi tahun ini tidak. Yang jelas, sedikit banyak yang dia ketahui tentang karakter lelaki ini adalah ia sangat pendiam dan cuek di depan para gadis. Dan juga, sebenarnya, ia sedikit menyimpan rasa suka padanya, meskipun ia sendiri sudah memantapkan diri bahwa perasaannya itu hanya sekedar kagum belaka. Mengingat banyaknya gadis lain yang menyukai Yoongi, ia hanyalah setitik debu di antara pasir.

                Merasa di perhatikan, Yoongi menoleh. Jiyeon tersentak dan segera memalingkan wajahnya menatap hujan. Semburat kemerahan muncul di kedua pipinya. Lama, hanya berdiri dalam diam, Jiyeon akhirnya memberanikan diri untuk bersuara. “Kau tidak membawa payung?”tanyanya kemudian yang segera langsung di sesalinya, karena ia terdengar bodoh. “Ah, tentu saja kau tidak membawa karena kau juga menunggu hujan reda”sahutnya sendiri dan kembali mengalihkan wajahnya dari laki-laki itu.

                “Tidak”sahut laki-laki itu kemudian, membuatnya menoleh. “Aku membawa payung”ia mengangkat payung hitam yang sedari tadi di genggamnya.

                “Kalau begitu kenapa tidak pulang?”sahut Jiyeon kemudian.

                “Mmmm”Yoongi menatap Jiyeon pelan. “Aku bermaksud menawarkanmu, tapi kau sibuk mengalihkan pandangan dariku”sahutnya kemudian membuat gadis di hadapannya menatapnya kaget.

                “Kau??”Jiyeon mengangkat kedua alisnya heran.

                Yoongi terlihat sedikit tersinggung dengan reaksi Jiyeon. “Ada yang salah?”

                “Tidak juga”Jiyeon menggelengkan kepalanya.

                Yoongi menghela nafasnya dan membuka payungnya. “Mau ikut tidak?”sahutnya kemudian.

                Jiyeon terdiam sesaat sebelum akhirnya menyunggingkan senyumnya. “Baiklah”

***

Musim-musim berlalu begitu saja
Banyak hal yang telah kita lalui bersama
Kukira aku sudah melupakanmu

Tapi setiap kali dedaunan berjatuhan

Dan hujan membasahi jalanan
Kedua mataku selalu beralih menatap pijakan
Kuhitung setiap kali kaki kulangkahkan
Aku masih harus berusaha
***

                Jiyeon membuka payung beningnya dan mulai melangkahkan kakinya menyusuri trotoar. Hujan masih turun, meski langit sudah berubah gelap. Suara lembut titik air yang jatuh menghantam payung bergaung ditelinganya. Semakin lama, semakin keras. Perlahan di hentikannya langkahnya, otaknya mulai berputar. Lama, ia memejamkan kedua matanya menikmati suara hujan yang menyakitkan. Suara hujan yang membawa kenangan dan kesedihan. Suara hujan yang membuatnya hatinya getir.

Ponselnya berbunyi. Ia membuka kedua matanya dan merogoh saku jaket jeans-nya. Tersenyum, ia menyapu layar ponselnya dan mengangkat telfonnya.

“Kau dimana?”suara berat laki-laki terdengar di ponselnya.

“Jalan”sahutnya singkat. “Aku akan segera pulang”

“Mau kujemput?”tanya lelaki itu kemudian.

Jiyeon menggelengkan kepalanya. “Tidak usah. Aku ingin bertemu dengan teman lama”

“Baiklah. Hati-hati, oke?”sahut laki-laki itu kemudian sebelum akhirnya sambungannya terputus.

Jiyeon kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku jaketnya. Dihela nafasnya panjang, ujung-ujung jemarinya mulai memutih kedinginan. Perlahan tangannya mulai terkepal, sekali lagi otaknya mulai berputar.

***

                Jiyeon mendapati kedua matanya tak bisa berhenti melirik jam tangannya. 2 jam sudah berlalu dan ia masih mendapati dirinya duduk di bangku depan sebuah gedung rekaman dalam diam. Untuk pengecualian, cuaca hari ini begitu cerah. Ia berdoa di dalam hatinya agar ini menjadi pertanda bagus untuk laki-laki yang tengah di tunggunya.

                “Jiyeon-ah”suaranya yang dinantinya terdengar. Jiyeon menolehkan wajahnya dan mendapat Yoongi berdiri tak jauh darinya. Kedua mata lelaki itu menyipit pelan, mungkin karena sinar matahari yang lebih terik hari ini.

                “Bagaimana?”Jiyeon berlari menghampiri kekasihnya itu dan melingkarkan tangannya pada lengannya yang tertutup jaket kulit hitam.

                “Gagal”laki-laki itu menghela nafasnya panjang. “Mereka menolak laguku”

                Jiyeon menghentikan langkahnya dan memandang Yoongi kecewa. Ya, ia bahkan merasa sakit mendengarnya, meskipun ia tau laki-laki di hadapannya ini pasti jauh lebih sedih darinya.

                “Tidak apa…”sahut Yoongi kemudian, menyadari Jiyeon menatapnya sedih. “Ini bukan pertama kalinya. Aku akan mencobanya lagi”

                Jiyeon masih mematung. Ia tau benar, meski Yoongi terlihat cuek dan biasa saja, laki-laki ini pasti akan memikirkannya tanpa henti. “Hey…”Jiyeon meraih wajah Yoongi dengan kedua tangannya. Di kecupnya kedua bibir laki-laki itu sayang. “Ayo bersenang-senang hari ini. Besok ulang tahunku, jadi… Kau harus berada disisiku 24 jam! Oke?”

                Yoongi tersenyum, meraih tangan Jiyeon dan menggenggamnya erat. “Terimakasih”sahutnya kemudian. “Untuk selalu bersamaku”. Perlahan di dekatkan wajahnya pada gadis itu. Kedua bibirnya melumat bibir gadis itu pelan dan lembut. Tidak ada hasrat, hanya ada kasih sayang. Ia begitu menyayanginya hingga tak peduli bahwa kenyataannya ia tengah mencium gadis itu di tempat umum, di hadapan banyak orang. Gadis itu, miliknya…

***

                “Terimakasih”Jiyeon menyerahkan sejumlah uang dan meraih seikat bunga anyelir merah muda yang telah di siapkan untuknya. Ia kembali berjalan menyambut dinginnya angin hujan di jalanan. Wajahnya tertunduk, ia mulai menghitung langkahnya dalam hati. Untuk kesekian kali langkahnya kembali terhenti. Ponselnya bergetar, menandakan pesan masuk dari seseorang. Di rogohnya ponselnya dan di usapnya layarnya, membuka pesan yang masuk.

Dari : Sukjin oppa

Kau akan makan malam di rumah?

Jiyeon menghela nafasnya dan membalas pesan itu dengan cepat sebelum akhirnya kembali memasukkan ponselnya ke dalam jaket. Rasa bersalah mulai menggerogotinya, langkah kakinya terasa berat. Bagaimana seseorang sepertinya bisa hidup seperti ini? Bagaimana ia bisa hidup dengan 2 hati di dalam tubuhnya?

***

Aku mencoba untuk bertemu dengan laki-laki lain

Aku berusaha untuk membuat ikatan
Berpura-pura seolah semuanya baik-baik saja

Seolah tidak ada yang salah

Tapi

Setiap aku berbalik dan memandangi jejak yang kutinggalkan
Bayangan tentang kita yang masih kekanakan selalu membekas
Dan masih hidup

Di dalam hatiku

***

                “Kau mau membawaku kemana?”Jiyeon menggenggam lengan Yoongi erat. Kedua matanya yang tertutup selembar kain tak bisa melihat apapun.

                “Percaya padaku-eoh!”sahut Yoongi kemudian. Perlahan, di tuntunnya gadis di sebelahnya itu menaiki tangga. Terantuk berkali-kali, akhirnya ia menghela nafasnya dan mengangkat tubuh gadis itu dengan kedua tangannya.

                “YA!!!! Turunkan! Nanti aku jatuh!!”teriak Jiyeon histeris.

                Yoongi tersenyum dan dengan sengaja mengayun-ayun tubuh gadis itu. Jiyeon reflek menarik kemejanya hingga 2 kancing terlepas. “Ya! Ya! Kau mau merusak bajuku?!”protes Yoongi kemudian.

                “Berhenti mempermainkanku!!”omel Jiyeon kemudian.

                Yoongi melepas tawanya. “Baiklah”sahutnya sebelum akhirnya membawa kekasihnya itu menaikki tangga menuju atap flat mereka. Diturunkannya gadis itu perlahan, sebelum akhirnya di lepaskan kain yang menutup kedua matanya.

                Ia tersenyum lebar, melihat mulut gadis itu terbuka lebar dengan kedua mata yang berbinar. Di kecupnya keningnya dan dihirupnya aroma rambut gadis kesayangannya itu sebelum akhirnya mendekatkan kedua bibirnya di telinganya. “Selamat Ulang Tahun”bisiknya kemudian. “Aku mencintaimu. Sangat…”

                “Ya, Min Yoongi! Ini seperti bukan dirimu!”sahut Jiyeon kemudian. Bukan kejutan yang mewah. Ini sangat sederhana, bahkan mungkin tidak ada apa-apanya dibandingkan yang kau lihat di film. Hanya ada karpet kecil yang di gelar di lantai atap, beberapa lilin untuk pencahayaan, makanan kecil dan kue ulang tahun mini, dan barang wajib Yoongi, laptopnya. Yang menyentuh bagi Jiyeon adalah, fakta bahwa yang mempersiapkannya adalah kekasihnya yang ia sangat kenal sebagai salah satu laki-laki paling cuek dan tidak romantis di dunia.

                Yoongi tersipu pelan mendengar ucapan Jiyeon. “Aku hanya ingin menghabiskan malam denganmu. Aku ingin bersama denganmu dan sedikit merencanakan masa depan denganmu”

                Jiyeon menyunggingkan senyumnya dan memeluk lelaki tercintanya itu. Ia kehilangan kata-kata untuk di ucapkan.

                Yoongi mengecup kening Jiyeon dan mengusap rambut sebahu gadis itu. “Terimakasih telah bersabar denganku. Aku tau terkadang aku merepotkanmu. Tapi terimakasih untuk selalu menerimaku apa adanya”sahutnya kemudian. Ia sadar betul dengan dirinya. Ia bukan tipe laki-laki perhatian dan sangat romantis, justru terkadang ia sangat dingin dan sedikit tempramen terutama jika terkait pekerjaannya membuat lagu. Ia tidak terbiasa mengekspresikan perasaannya dan sering mendiamkan Jiyeon saat gadis itu meminta perhatiannya. Tapi jauh dari itu, gadis itu adalah hal yang paling berharga dalam hidupnya. Jika ada kata yang lebih dalam dari sekedar cinta, mungkin itulah yang bisa menggambarkan perasaannya pada gadis itu.

***

Setiap kali aku berjalan

Aku masih bisa merasakan nafasmu menepuk pelan kedua pipiku

Suaramu masih terngiang di telingaku

Aku mencoba menutup mata dan juga hatiku

Satu-satunya yang dapat mengisi ruang kosong ini hanyalah dirimu

Setiap hari, hanya sosokmu yang terfikir dalam benakku

Hanya jika aku bisa melarikan diri dari tempat ini, hatiku tidak akan terlalu membeku

 Jika waktu dapat menyembuhkannya, aku tidak akan lebih jatuh

Kenapa kau tidak pernah memikirkanku yang kau tinggal?

Kenapa kau tidak pernah menunjukkannya?

Setiap hari, rasa ini tumbuh semakin kejam

Setiap hari, ia tumbuh semakin dalam

Waktu sudah lama berlalu bahkan sejak seharusnya ini menjadi menjadi masa lalu

Begitu sedih, aku berdiri di jalanan kosong ini

Bertingkah seperti tidak ada yang salah

Sering kali ku berfikir,

Apa kau sedang menatapku dari atas sana?

***

                Jiyeon menutup payungnya dan berjalan masuk ke dalam gerbang hitam besar yang memisahkan jalan dengan tanah luas berisi batu2 keramik yang berjajar rapih. Langkahnya bergaung di antara rintikan gerimis yang membasahinya. Sengaja ia membiarkan titik-titik air itu jatuh membasahinya, menyelipkan rasa dingin ke dalam tubuhnya. Kedua kakinya berhenti di depan salah satu batu keramik hitam. Di letakkan kedua lututnya bersimpuh di depan keramik tersebut. Perasaannya bercampur jadi satu. Kedua tangannya terkepal, gemetaran. Bukan karena rasa dingin yang menyatu dalam darahnya, tapi karena hatinya yang kini tersayat. Diletakkannya bunga anyelir yang tadi di belinya.

“Yoongi-ah. Kau tau arti bunga ini, bukan?”untuk kesekian kalinya, tenggorokannya serasa tersumbat setiap kali ia berada disini. Meski tubuhnya bahkan sudah terbiasa dengan tempat ini, hatinya selalu terasa seperti saat pertama kalinya ia berada disini. “Aku tidak bisa melupakanmu…”

Satu tarikan nafas dan gadis itu menangis sejadinya. Ia bahkan meremas kedua lengannya merasakan erangan kesakitan yang hampir lolos dari mulutnya. Sudah 4 kali musim semi datang dan berlalu, tapi tetap saja serasa baru kemarin. Sentuhan tangannya masih serasa kemarin, dekapannya, kecupannya, tatapan matanya…. Semua… Dan juga kehilangannya, masih serasa kemarin…

“Ini tidak adil jika kau berharap aku akan baik-baik saja! Kau pergi bahkan tanpa pamit! Aku masih tak tau bagaimana….”Jiyeon merasakan kepalanya berputar. “Aku sudah melakukan semuanya! Semuanya! Tapi bagaimana? Aku terlalu menaruh banyak harap pada semua rencana yang kita buat!”teriakannya bergaung.

“Bagaimana aku bisa mengganti Min Yoongi dengan nama lain dari semua rencana masa depanku?! Bangun bersama Min Yoongi, mengingat Min Yoongi untuk sarapan, pergi ke festival music bersama Min Yoongi, menabung untuk membeli apartemen bersama dengan Min Yoongi,”Jiyeon menarik nafasnya dalam. “Dan menghabiskan seluruh hidupku bersama Min Yoongi….”

“Aku… Aku masih mencintaimu, Min Yoongi…”

***

Sekarang

Kenyataan bahwa kita sudah terlampau jauh untuk bersama

Seharusnya, terasa lebih biasa bagiku

Aku ingin bisa menjadikan hari ini,

Sebagai kali terakhir aku memikirkanmu

***

                “Ya Tuhan, Jiyeon! Bagaimana kau bisa basah kuyup begini?”. Jiyeon berjalan gontai ke dalam flatnya dan seorang lelaki berbadan tinggi langsung berlari menatapnya khawatir.

“Maaf”Jiyeon menyunggingkan senyumnya getir. “Aku lupa membawa payungku”

“Keringkan dirimu, sebelum makan-eoh!”laki-laki itu meraih tas jinjingnya dan membantunya melepas jaketnya.

“Sukjin Oppa!”Jiyeon menyandarkan kepalanya pada dada laki-laki di hadapannya lemas. “Maafkan aku…”sahutnya kemudian. Kedua matanya menatap lurus keluar jendela yang kacanya masih basah.

“Tidak apa, aku tidak menunggumu lama”sahut laki-laki itu kemudian.

“Tidak”Jiyeon melingkarkan kedua tangannya memeluk laki-laki dihadapannya. “Maafkan aku..”

“Maaf…”

***

Saat dedaunan mulai berjatuhan
Saat jalanan terasa dingin diterpa angin

Saat tembok-tembok mulai basah akan hujan

Ku tengadahkan wajahku

Menatap langit yang mulai sendu

Dan tanpa kusadari aku mulai memikirkanmu

Tidak buruk, hanya saja

Kudapati diriku, masih berdiri di tempat yang sama
Dan sosokmu masih nyata

***

[NB : Readers tersayang. Mending bikin prologue waktu dia sama Yoongi atau Sequel dia sama Sukjin??]

 

 

5 responses to “[One Shoot] Thinking of You

  1. Sequel aja~ :3 dua2nya juga boleh.. :3

  2. Ping-balik: [Part 1] Breathe | Angelinblack's Blog

Tinggalkan komentar