(Part 3) The Backstagers

0999

Author : Angelinblack & Missellyot

Length : Chaptered

Main Cast : Shin Hyebin (OC), Park Soojeong (OC), Choi Jinri (OC)

Supporting : YG, YG Family, Bigbang, Winner, 2NE1, IKON.

| Part 1 | Part 2 |

***

-Shin Hyebin-

“Ige mwoya????” Aku mengacak rambutku gemas. “Apa yang sajangnim pikirkan? Apa ia sudah gila?” Sekarang aku terduduk lemas tergeletak dilantai dengan keringat yang terus mengucur dari dahi dan pelipisku. Lututku terasa sangat lemah tak mampu lagi menahan berat badanku. Ya, sekarang sudah hampi jam 1 malam tapi aku masih berada di lantai 3 studio gedung training YG. Sepi. Aku yakin saat ini pasti sudah tidak ada lagi orang di gedung ini. Eonni staff juga mungkin sudah pulang.

“Bagaimana bisa sajangnim menyuruhku untuk mengikuti kompetisi itu sedangkan aku belum genap satu bulan menjadi trainee di sini? Aish….” Mulutku terus mengumpat tak jelas. Saat ini aku benar-benar sedang kelelahan. Sejak tadi siang aku terus berlatih tanpa henti bahkan aku melewatkan makan malamku bersama Soojeong dan Jinri. Semenjak sore itu, semenjak sajangnim memanggilku ke ruangannya dan seolah ada petir yang menyambar kepalaku, sajangnim berkata jika aku bisa membuatnya terkesan saat evaluasi bulanan maka sajangnim akan mendaftarkan ku menjadi peserta kompetisi rap untuk sebuah acara televisi. Apa sajangnim tidak memikirkannya terlebih dahulu? Bukankan masih banyak rapper trainee di YG yang sudah lebih lama training? Kenapa harus aku? Bukannya aku tidak mau atau tidak bersyukur, tapi aku belum pernah menunjukkan kemampuan rapku di depan orang banyak. Yang benar saja! Bagaimana kalau aku di tertawakan? Bagaimana jika aku di pandang remeh? Aiisshhh semua ini membuatku frustasi.

Menyerah dengan semua pikiranku, aku merebahkan tubuhku di lantai studio. Tidak peduli dengan punggungku yang sakit karena lantai studio yang keras, aku memejamkan mataku sesaat sambil mengatur nafasku. Bukannya tenang, tapi deretan lirik rap yang ku buat justru kembali menggaung ditelingaku dan seolah-olah melintas di pikiranku bagaikan sebuah parade. Tuhan, ternyata mimpi menjadi seorang idol bukanlah perkara yang mudah. Tapi perlahan aku menggerakkan bibirku pelan, berusaha mengikuti alunan musik yang ada di telinga dan otakku. Aku tidak berusaha menghentikannya, siapa tau dengan cara ini aku justru bisa menghafalnya.

Belum selesai aku melantunkan lirik rap sampai akhir, mataku terbuka paksa karena terkejut saat kurasakan benda dingin menyentuh pipiku. Ku dongakkan kepalaku ketika kudapati seseorang berdiri dihadapanku. Kedua tangannya memegang sebuah kaleng yang kuyakini berisi cairan manis dan segar.

“Kau sedang apa? Kau seperti orang gila berbicara sendiri dan tanpa suara.” Suara yang ku kenal menusuk telingaku.

“Ya! Jantungku hampir copot kau tau?” Reflek ku tinju pelan kaki pemilik suara tadi.

“Kau sendiri yang salah. Aku sudah memanggilmu semenjak di ambang pintu tapi kau tidak menjawab malah terus berkomat-kamit. Kau gila?” Bobby membela diri sambil mengerucutkan bibirnya. Ya, orang yang hampir membuat jantungku meninggalkan tempatnya adalah Bobby, mood booster tim B.

“Ck. Alasan.” Aku berdecak pelan lalu bangkit berusaha duduk di samping Bobby yang saat ini sudah duduk bersila sambil membuka kaleng minuman yang sedari tadi ia genggam.

“Kau sedang apa? Sepertinya kau berlatih keras.” Bobby menyodorkan kaleng minuman yang masih utuh  kepadaku. Aku langsung menerimanya dan langsung meminumnya hingga tersisa setengah.

“Ternyata bukan hanya gila tapi kau juga seperti monster.” Bobby melihatku dengan pandangan ngerinya.

Dengan malas, aku hanya melirik ke arahnya tanpa menanggapi kata-katanya. Sebenarnya, selain malas, aku juga tidak bisa menimpali kata-katanya karena mulutku masih penuh dengan air soda.

“Mengerikan.” Bobby masih terus meneruskan hinaannya padaku sambil sesekali menenggak sodanya.

“Wae? Apa ada yang salah denganku? Aku bukan monster dan aku tidak gila.” Balasku cepat dengan satu hentakan nafas.

“Mana ada wanita yang menenggak soda sekaligus? Seumur hidupku hanya kau wanita yang bisa melakukannya.” Seolah tidak terima dengan jawabanku, Bobby membalas kata-kataku sambil memiringkan tubuhnya dan melihat tepat di mataku dengan tatapan tidak percaya seolah aku adalah alien yang baru menginjakkan kaki di bumi.

“Ya! Kau! Dasar gigi kelinci.”

***

Selama beberapa saat kuhabiskan waktuku untuk berbincang bahkan saling menghina dengan Bobby. Entah mengapa moodku kembali membaik setelah kedatangan Bobby yang sebenarnya sempat membuatku geram karena hinaannya. Tapi, tidak apa. Aku menyukainya. Dengan candaan Bobby, moodku kembali membaik.

“Kau tidak pulang?” Tanyaku singkat di tengah-tengah candaan kami.

“Mungkin sebentar lagi sampai gadis di sebelahku ini juga pulang.” Bobby melihatku sambil memperlihatkan bibirnya yang ia lengkungkan ke atas. Entah itu senyum tulus atau mengejek, aku tak bisa membedakannya. Dasar gigi kelinci.

“Maksudmu? Apa kau menungguku?” Tanyaku penasaran. Apa ia memang sengaja menungguku atau ia hanya berusaha menggodaku?

Ku lihat Bobby hanya menganggukkan kepalanya pelan kemudian mencubit pipiku gemas. Lalu, ia kembali menenggak sodanya sampai habis.

“Ya. Sakit!” Aku meninju lengannya pelan dan ia hanya tertawa.

“Kami tadi berlatih keras juga. Sebelum memutuskan untuk kembali ke dorm, aku berinisiatif membeli minum untuk memberku tapi tidak sengaja aku bertemu nuna resepsionis. Sepertinya ia hendak mengecek semua studio sebelum ia pulang, tapi sepertinya ia takut untuk mengecek lantai tiga sendiri. Jadi, aku menawarkan bantuan padanya. Tadinya aku hanya ingin mengecek apakah semua lampu studio di lantai tiga sudah dimatikan, tapi kemudian aku seperti mendengar suara musik dari lantai tiga. Kupikir seseorang lupa untuk mematikan musik. Ketika aku mengeceknya, aku melihat lampu studio ini masih menyala dan ketika aku masuk, ku lihat seorang gadis seperti sedang berbicara sendiri. Ku pikir ada gadis gila yang tersesat di sini dan akhirnya kelelahan.” Jelas Bobby panjang lebar yang dilanjutkan dengan senyum mengejeknya yang membuat matanya menyipit sempurna.

“Ya! Belum cukup, eoh???” Sungutku pada Bobby.

“Kau di sini hyung?” suara berat terdengar sesaat setelah pintu benar-benar terbuka dan sesosok pria tinggi berkulit putih dengan topi hitam yang ia pakai terbalik muncul di baliknya. Tidak, tidak hanya dia, tapi ada seseorang lagi yang lebih pendek sedikit darinya muncul dari balik tubuhnya.

“Junhoe, ada apa?” Tanya Bobby pada pria pemilik suara berat yang ternyata adalah Junhoe.

“Aku dan Hanbin hyung mencarimu sampai keluar gedung. Kupikir kau pergi ke mini market karena tadi kau berkata akan membelikan kami minuman. Ternyata kau ada di sini.” Junhoe berjalan masuk dengan gaya cool seperti biasanya. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celana hitamnya.

“Ya tadinya, tapi aku berubah pikiran setelah melihat gadis gila tergeletak di lantai studio.”

Terdengar suara hantaman yang tidak lain adalah karena hasil tinjuanku di lengan berotot Bobby.

“Gadis gila? Maksudmu dia? Hyebin?” Tunjuk Junhoe padaku sambil menunjukkan wajah bodohnya.

“Dia siapa yang kau maksud, anak kecil?” Dengan cepat aku melirik tajam pada Junhoe. “Kau bahkan lupa menyebutku dengan panggilan nuna. Tidak ingatkan kau itu anak kecil?”

“Oh, aku sependapat denganmu hyung. Ia memang gadis gila. Bahkan dihari pertama aku bertemu dengannya saja ia sudah membuat kaos putih kesayanganku terkena kopi.” Junhoe melotot ke arahku sebelum ia duduk di hadapan Bobby.

“Kau benar-benar..” Aku tak bisa melanjutkan kata-kataku dan hanya bisa melotot balik pada Junhoe sambil pura-pura akan melayangkan tinjuanku padanya. Bocah ini dasar. Selalu mencari masalah denganku. Aku menyesal telah sempat berfikir bahwa ia anak yang pendiam dan manis. Ternyata sangat menyebalkan.

“Kau sedang berlatih? Kenapa kau berlatih sendiri? Di mana membermu?” Hanbin berjalan mendekat padaku dan duduk tepat di hadapanku.

“Tidak, aku hanya iseng berlatih.” Aku tak tau harus menjawab apa. Apa aku harus memberitau yang sejujurnya pada ketiga pria ini? Sebenarnya, sajangnim melarangku untuk memberitahukan pada orang lain jika aku akan di daftarkan menjadi peserta kompetisi rap sampai semuanya benar-benar jelas, yaitu saat evaluasi bulanan selesai.

“Iseng? Benarkah?” Tanya Junhoe penuh selidik. Dasar lanak kecil! Aku mengumpat dalam hati. Tidak hanya Junhoe si anak kecil yang menatapku penuh selidik, Hanbin dan Bobby juga melakukan hal yang sama. Mereka menatapku dengan penasaran seolah-oleh bertanya benarkah begitu nuna?

“A….aku..aku tak tau harus berkata jujur atau tidak karena sajangnim memintaku untuk tidak memberitahukannya pada orang lain sebelum semuanya benar-benar jelas.” Kumainkan ujung kaosku untuk menghilangkan rasa gugupku.

“Sajangnim? Ia berkata sesuatu padamu?” Kini Bobby yang terlihat semakin penasaran.

“Ya.” Aku menganggukkan kepalaku. Mungkin tak apa jika aku memberitahu mereka. Aku yakin mereka bisa menjaga rahasia ini dan siapa tau mereka bisa membantuku bukan? “Kemarin sajangnim berkata padaku jika dalam evaluasi bulanan nanti aku bisa membuatnya kagum, ia memintaku untuk mengikuti rap competition ‘Unpretty Rapstar.”

***

Aku membuka mataku perlahan akibat sebuah bunyi getaran tepat di samping kepalaku. Dengan mata yang masih terpejam, aku mencoba meraba sesuatu yang bergetar tersebut. Dapat. Aku membuka mataku sebentar lalu aku melihat cahaya yang bekerlap-kerlip yang ku sadari bersumber dari cahaya telfon selularku.

“Yeoboseo?” ucapku parau.

“Ya, kau dimana?” keningku berkerut mendengar suara teriakan seorang wanita yang bahkan lebih cempreng dari ahjuma pemilik apartemenku yang dulu.

“Nuguseyo?” keningku berkerut masih tak tau siapa yang menelfonku sepagi ini.

“Sejak kapan kau tak mengenali suaraku Hyebin-ssi?”

Aku diam tak menjawab mencoba mencerna setiap kata-kata orang disebrang yang suaranya mirip ahjuma pemilik apartemen.

“Aiisshh, ya! Kau jangan bercanda Hyebin-ah. Ini sudah jam 8.30 pagi dan kau masih ada di dorm? Biar kutebak kau pasti belum mandi dan sekarang kau ada di atas kasurmu dan masih memejamkan matamu sambil mengangkat telfon tanpa tau siapa yang menelfonmu. Benar?” kata si penelfon panjang lebar.

“Ne?” jawabku masih tak mengerti apa yang terjadi. Sungguh, aku benar-benar masih ingin memejamkan mataku karena mataku sungguh terasa berat. Asal kalian tau, aku baru tertidur pukul 4 pagi setelah mati-matian berlatih untuk evaluasi bulanan.

“Hyebin-ah dengarkan aku. Aku temanmu Park Soojeong sekaligus member calon girl group dengan Shin Hyebin sebagai leadernya yang akan di debutkan oleh YG.” Terdengar suara deruan nafas dari sebrang. “Sekarang lihat jam dinding yang ada di tembok kamarmu dan lihat sekarang sudah jam 8.30 pagi dan kau ditunggu oleh pelatih dance kita karena latihan dance akan dimulai tepat pukul 9.”

Mataku mulai terbuka lebar seketika dan ku perhatikan jam dinding yang berada tepat di arah kananku dan saat itu juga ku bulatkan bola mataku sempurna.

“Astaga…aku terlambat!!!!”

***

“Ya gadis gila. Penampilanmu benar-benar menyerupai gadis gila sungguhan.” Ucap seorang pria yang benar-benar menyebalkan yang sialnya sekarang ia berjalan di sampingku.

“Lihat hyung, penampilannya sungguh berantakan. Bukankan seorang gadis biasanya akan berdandan semaksimal mungkin baru ia akan pergi keluar? Gadis ini bahkan mungkin lupa untuk menyetrika kemejanya. Cih.” Ujarnya lagi padaku.

Sabarkan aku Tuhan, ingin rasanya ku cabik-cabik mulutnya. Aku hanya bisa diam sambil menahan agar aku tak meninju lengannya yang bahkan tak berotot sama sekali. Bisa kuprediksi lengannya pasti hanya penuh dengan lemak bahkan mungkin perutnya lebih banyak menyimpan lemak.

“Sudahlah Junhoe-ya. Kau harus berhenti sebelum ia mencabik-cabik mulutmu itu.” Lelaki yang berjalan di sisi kiriku ini terdengar sedang berusaha membantuku tapi terdengar seperti mempertegas ejekan Junhoe di telingaku. Menyebalkan!

“Untung saja Junghun Hyung mengerti keadaanmu yang baru tidur pukul 4 pagi setelah berlatih keras. Jika tidak, matilah kau di tangan sajangnim. Kau tau? Sajangnim tidak suka dengan trainee yang tidak disiplin.” Ujar Junhoe yang mungkin berusaha mengingatkanku. Aku tau ini memang sepenuhnya kesalahanku tapi aku benar-benar tak sadar aku bisa lupa dengan dance practice pagi ini. Mungkin setelah ini aku harus menemui Junghun oppa, pelatih dance YG, untuk meminta maaf secara langsung.

“Ya, aku mengerti Junhoe-ah dan terimakasih. Tapi bisakah kau tidak menjadi menyebalkan pagi ini? Kau akan merusak moodku ditambah sekarang aku sangat lapar. Saat lapar moodku bisa dengan cepar berubah.” Seperti sedang berakting aku mengubah ekspresi mukaku cepat. Terlihat sedih saat memohon dan berubah garang saat ku ucapkan kata lapar.

“Arasso, Soojeong sudah memberitahuku sebelumnya bahwa kau akan berubah menjadi singa betina saat kau lapar.”

Aku menatap Junhoe garang. Masih sempat-sempatnya anak kecil ini menggoda ku? Lihat saja nanti Junhoe. Kau beruntung karena aku masih tak bertenaga untuk membalasmu. Jika tidak, tamatlah riwayatmu.

“Sudah-sudah. Hentikan. Yang ada kita akan semakin terlambat datang ke gedung training. Junghun hyung tidak akan mentolerir lagi jika kau terlambat untuk yang kedua kalinya. Hari ini kau beruntung Hyebin-ah, kau dimaafkan dan hyung menyuruh kami untuk menjemputmu.” Bobby mengacak rambut ku pelan dan tidak ada reaksi dariku kecuali hembusan nafas yang berat. “Ayo kita mampir ke kedai itu. Ku dengar kimbabnya enak. Kau lapar bukan, Hyebin?”

***

Dengan tidak bersemangat ku tatap layar monitor yang ada di depanku. Aku sedang meyempurnakan lirik rapku tapi moodku benar-benar berantakan pagi ini. Karena lelah, dan juga karena rasa bersalah datang terlambat saat dance practice Junghun oppa tadi pagi.

“Sudah merasa lebih baik?” Jinri datang dengan sekaleng kopi dingin. Sungguh baik temanku yang satu ini. Pengertian sekali. Ia tau kopi bisa membuat semangatku naik.

“Kurasa belum terlalu membaik. Moodku buruk pagi ini Jinri-ah.” Aku membuka kaleng kopi itu dan menenggaknya pelan.

“Itu akibat kau memaksakan dirimu untuk berlatih dan kau melewatkan makan malammu kemarin.” Ucap Jinri bijaksana.

“Yah mungkin. Tapi kemarin aku benar-benar pusing. Aku merasa rapku tidak benar sama sekali.” Aku menghembuskan nafas kasar. Aku merasa lirik rap yang ku buat baik-baik saja tapi entah mengapa sangat sulit untuk menghafalnya. Aku tak tau alasannya, yang bisa ku tebak mungkin karena aku belum sepenuhnya kembali memahami bahasa Korea.

“Aku tau mungkin itu sulit bagimu, tapi jangan terlalu memaksakan diri. Akibatnya bisa kau rasakan sendiri.”

Baru saja Jinri menyelesaikan kalimatnya, terdengar seseorang yang membuka pintu studio dengan keras.

“Ya tentu saja ia memaksakan diri. Ia harus tampil baik di hadapan sajangnim agar dapat menjadi peserta kompetisi rap. Benar?”

Seketika aku membulatkan mataku dan kutatap Soojeong yang dengan santainya berjalan masuk ke studio sambil menggendong tas ransel yang terlihat menggelembung entah apa isinya.

“Ya Soojeong-ah, kau ingin naik gunung? Kenapa tasmu besar sekali?” Jinri sampai berdiri dan berjalan menghampiri Soojeong saking terkejutnya melihat tas besar yang bertengger dipunggung Soojeong.

“Dari mana kau mengetahui informasi itu?” Tanyaku cepat tanpa memperdulikan pertanyaan Jinri pada Soojeong.

“Tak penting aku tau dari siapa, yang terpenting adalah kenapa kau tega sekali tak memberi tahuku atau Jinri kalau kau akan didaftarkan menjadi peserta kompetisi rap?” Soojeong menatapku dengan wajah cemberutnya dan ia mengerucutkan bibirnya seolah ingin mempetegas bahwa ia benar-benar kesal padaku.

“Bukan maksudku untuk menyembunyikannya Soojeong-ah…..” Aku menarik nafas dalam dan menghembuskannya kasar. Pasti Junhoe yang membocorkan rahasia ini pada Soojeong. Dasar anak kecil!

Jinri terlihat hanya diam sambil memperhatikan kami. Mungkin lebih tepatnya Jinri sedang berusaha mencerna percakapanku dan Soojeong.

“Sajangnim melarangku memberitahu masalah ini sampai semuanya jelas. Sampai kita melewati evaluasi bulanan.” Kembali kuteruskan penjelasanku pada dua orang temanku. Sudah terlanjur, mungkin sebaiknya aku memang jujur pada mereka berdua.

“Tapi setidaknya beritahu aku atau Jinri. Mungkin kami bisa membantu. Kau bahkan terlihat lesu hari ini. Tidak seperti biasanya yang selalu bersemangat.” Tidak mau kalah, Soojeong tetap pada pendiriannya.

“Apa yang kalian bicarakan? Aku tidak mengerti.” Tanya Jinri bingung. Lalu ia melihat ke arahku. “Kau akan mengikuti sebuah kompetisi?”

Entah untuk yang keberapa kalinya, ku hembuskan nafasku kasar.

“Ya Jinri. Tapi aku belum tau. Sajangnim hanya berkata padaku jika saat evaluasi bulanan aku dapat membuatnya terkesan, maka sajangnim akan mendaftarkan ku sebagai peserta acara kompetisi rap Unpretty Rapstar.” Jelasku pada Jinri yang secara tidak langsung untuk Soojeong juga.

Tak ada yang bersuara setelah penjelasanku selesai, baik Jinri ataupun Soojeong. Yang kulihat hanya Soojeong yang sedang menurunkan tas besarnya di atas lantai lalu tangannya sibuk mengeluarkan semua barang yang ada di dalam tas ajaibnya. Satu persatu barang-barang keluar dari tas itu. Mulai dari ramyun, sumpit, heater kecil, alat make up, t-shirt, sepatu, ipod, notebook, hingga hair dryer. Sepertinya akan memakan waktu lama jika aku menyebutnya satu per satu barang-barang yang keluar dari tas Soojeong. Mungkin tas milik Soojeong ini adalah versi nyata dari kantong ajaib doraemon. Tas itu bisa mengeluarkan berbagai alat. Daebak!

“Untuk apa semua itu Soojeong-ah?” Tanya Jinri polos.

“Tentu saja untuk persiapan kita Jinri-ah.” Jawab Soojeong singkat tanpa melihat Jinri yang sekarang sudah ada di hadapan Soojeong. “Evaluasi bulanan hanya tinggal 3 hari lagi.”

“Tapi, kita ada di gedung training sekarang dan kita akan berlatih. Kenapa kau membawa barang-barang ini seperti kita akan pergi camping?” Masih tak mengerti, Jinri kembali mengajukan pertanyaan yang kutanggapi dengan tawa geli. Soojeong ini memang temanku yang unik. Menurutku dia itu berkepribadian 4D.

“Kau tak lihat Hyebin kemarin berlatih sampai pukul 3.30 pagi? Dan mungkin jika Hanbin dan Bobby tak memaksa dan mengantarnya pulang ia akan tetap berlatih di sini sampai matahari terbit.” Soojeong menatapku dan Jinri serius. “Makanya, untuk mengantisipasi hal itu, aku mempersiapkan semua ini siapa tau kita juga akan melakukan hal yang sama. Kita kan satu tim, jadi jika satu member berlatih, yang lain juga harus berlatih. Dan agar Hyebin bisa mengikuti kompetisi itu, mari kita berjuang bersama-sama.” Ucap Soojeong bersemangat sambil mengepalkan tangannya ke atas.

“Kau benar Soojeong. Ayo kita berjuang bersama.” Jinri menatapku. “Tenang saja Hyebin. Kami akan membantumu dan akan sama-sama berjuang.”

Aku tersenyum mendengar perkataan Soojeong dan Jinri. Tak kusangka mereka memikirkanku sampai sejauh itu.

“Ah, aku lupa. Tadi aku meminta Donghyuk dan Junhoe untuk membawakan kasur lipat kemari.” Soojeong menepuk jidatnya pelan sementara aku dan Jinri hanya dapat membulatkan mata terkejut.

“Astagaa Soojeong….kau berlebihan!”

-Park Soojeong-

“Sudahlah. Jari-jarimu bisa bengkak bermain piano terus”Hyebin mentapku sembari meminum kopi kalengnya.

Aku berdecak pelan sembari menggelengkan kepalaku. “Ckckck. Aku akan memainkan piano secara live besok, jadi harus kupastikan aku memainkannya dengan benar. Aku yakin kita pasti akan tampil dengan hebat tapi tetap saja ada yang menggangguku”kumiringkan kepalaku.

“Apa?”sahut Hyebin kemudian.

Kuhela nafasku panjang dan menatap Hyebin dari atas ke bawah. Hyebin cantik, dia sangat keren, tapi dengan rambut yang dikuncir sembarang, kaos kedodoran dan celana jeans sobeknya auranya tidak terpancar. Sedangkan Jinri, tampilannya seperti kembang desa yang tersesat di ibu kota. Aku tau jika kami ingin tampil memukau saat evaluasi bulanan besok, kami harus totalitas, maksudku benar-benar membawa keseluruhan diri kami dari ujung rambut hingga kaki untuk tampil sempurna. Ini benar-benar menggangguku membayangkan penampilan kami tidak akan memberikan kesan, kurasa aku harus bertindak.

“Hei, Hyebin-ah, pernah berfikir untuk mewarnai rambutmu?”tanyaku kemudian.

“Ah?”Hyebin menatapku bingung.

“Kurasa kau perlu mewarnai rambutmu merah dan…”kualihkan pandanganku pada Jinri yang sedang konsentrasi menghafal lirik, “Dia harus memperbaiki poninya dan warna cokelat mungkin bagus untuknya, atau ombre hitam dengan pirang”. Kurasakan kepalaku mulai dipenuhi bayangan-bayangan kedua temanku itu dalam penampilan barunya. Konsep untuk penampilan kami pun mulai muncul dikepalaku. Ibuku adalah seorang designer di Inggris, jadi aku sudah terbiasa menemaninya menata penampilan orang.

“Jinri-ya! Jinri-ya!”Hyebin menjentikkan jarinya memanggil Jinri. “Kemarilah,”sahutnya kemudian, “Kurasa Soojeong mempunyai ide gila.

“Ide apa?”Jinri berjalan menghampiri kami.

“Aku akan merubah penampilan kalian. Eum, maksudku aku mempunyai konsep untuk penampilan kita di evaluasi bulanan. Kau tau kita harus terlihat memukau, aku tidak ingin ada yang lebih keren dari kita.”

“Jadi, apa rencanamu?”tanya Hyebin kemudian.

“Kalian bisa menyerahkan masalah riasan muka dan outfit padaku. Aku bisa mengambil di outlet milik ibuku di Gangnam. Hanya saja aku meminta kalian mengubah rambut kalian, bagaimana? Aku ingin Hyebin terlihat keren dengan rambut pendek sebahu berwarna red wine. Dan Jinri akan memotong poninya dan mewarnai rambutnya ombre. Aku sendiri akan mewarnai rambutku cokelat-pirang kotor. Bagaimana? Bagaimana? Kita akan terlihat keren! Aku jamin itu!!”

“Kurasa aku akan menyukainya”sahut Hyebin kemudian. “Aku percaya dengan seleramu soal ini”

“Ya! Ya! Aku juga!!” Jinri mengangguk semangat.

“Baiklah, kita akan membagi tugas. Kau dan Jinri akan membeli cat rambutnya”kutatap Hyebin yang meletakkan kaleng kopi keempat yang sudah dihabiskannya itu. “Soal baju serahkan padaku!!”

***

“Pejamkan matamu, Noona!! Pejamkan matamu!!”seru Bobby pada Jinri sembari mengunyah cheetosnya. Aku baru kembali ke asrama saat aku bertemu dengannya dan Jinhwan di lift. Mereka memaksa untuk ikut melihatku, Hyebin, dan Jinri merubah rambut kami setelah aku bercerita akan melakukan make over.

“Diam dan bantu saja kami!”seruku kesal. Aku tengah menunggu pewarna rambutku kering, Jinhwan membantuku mengecat rambut Hyebin, sedangkan aku sedang memotong poni Jinri. Masalahnya, Jinri tak bisa duduk diam karena geli saat potongan rambutnya jatuh mengenai wajahnya.

“Itu akan terhitung curang jika aku membantu kalian”sahut Bobby kemudian sembari mengganti channel tv.

“Aissh! Jinhwan saja membatu kami!”sahutku kemudian. Kuselesaikan potongan poni Jinri dan menghela nafas panjang. “Nah, sekarang aku akan mengecat rambutmu”

“Tu… Tunggu!!”seru Jinri kemudian. “Berikan aku waktu 5 menit, aku ingin mengucapkan selamat tinggal dulu. A.. Aku harus mempersiapkan diriku dulu sebelum mengubah rambutku”ia berlari meninggalkanku dan masuk ke dalam kamarnya.

“Ckckck”Bobby berdecak pelan. “Entah berasal dari mana Jinri Noona itu, aku tidak habis pikir. Omong-omong, lagu apa yang akan kalian nyanyikan besok?”

“Love the way you lie”sahutku kemudian.

Bobby mengerutkan alisnya heran. “Lagu itu sudah ketinggalan jaman! Kau yakin?!”

“Jangan menghina lagu Eminem!!”protes Hyebin yang memang fans berat rapper itu.

“Kami sudah meng-arrasement ulang lagunya. Ini akan menjadi sangat keren! K-E-R-E-N!!”sahutku kemudian. “Kau akan kaget mendengarnya! Kami akan tampil sekeran 2ne1!!”

“Kalian ini kan trainee baru!!”Bobby tersenyum meledekku.

Kuhela nafasku kesal. “Datang dan tontonlah kami besok!!”tantangku kemudian.

Bobby membuka mulutnya kembali hendak menimpaliku saat bel flat kami berbunyi. Aku berjalan menuju pintu dan membukakannya.

“Hanbin?”kutatap Hanbin heran. Aku belum berbicara lagi dengannya semenjak hari itu, kami memang bertemu, tapi entahlah setiap kali aku ingin berbicara dengannya aku selalu menahan diriku.

“Bobby-hyung dan Jinhwan-hyung ada di dalam?”tanyanya kemudian.

“Ya”kuanggukkan kepalaku. “Masuklah”

Hanbin melangkahkan kakinya masuk. Entahlah, biasanya aku selalu memiliki topik untuk berbicara dengan orang lain, tapi dengan Hanbin aku tidak pernah bisa menemukan topik yang pas. Maksudku, aku kehilangan ide saat bersamanya.

“Kau sudah siap untuk besok?”tanyanya kemudian.

“Ya”kuanggukkan kepalaku kembali. “Sangat siap”

Hanbin menganggukkan kepalanya. “Semoga beruntung. Jika kalian tampil dengan hebat, itu akan menambah nilai kalian di mata sajangnim berhubunga kalian hanya memiliki sedikit waktu untuk mempersiapkan semuanya.”

“Entahlah, aku sering meng-arrasement ulang lagu saat masih menjadi vokalis band di sekolah menangah dulu. Aku tidak tau apa selera musikku dan Hyebin akan cocok dengan sajangnim.”

“Boleh aku mendengar lagu kalian?”tanya Hanbin kemudian. “Biarkan aku membantumu”

***

Kutarik nafasku dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, menangkan diri, sembari memasang ombre hair clip pada Jinri. Ya, semalam saat aku menghampirinya ke kamar hendak mengecat rambutnya ia sudah pingsan di atas tempat tidur dan susah sekali dibangunkan.

“Eung, Soojeong-ah”sahut Jinri kemudian. Ia menatapku ragu, “kurasa aku tidak bisa memakai baju itu”Jinri menunjuk tumpukan baju yang kusiapkan untuknya.

“Kenapa?”kukerutkan alisku. “Kau tidak menyukainya?”

“Bukan begtu”Jinri menggelangkan kepalanya. “Kurasa tidak akan muat… Maksudku kebesaran…”

“Itu size M dan karetnya slim fit. Kurasa akan sangat pas di tubuhmu. Cobalah dulu!”sahutku kemudian sebelum akhirnya Jinri mengangguk pelan dan masuk ke dalam bilik ganti di toilet.

“Kau yakin ini terlihat oke? Tidakkah aku terlihat seperti seorang gadis?”sahut Hyebin yang baru keluar dari bilik gantinya.

“Wow!! Kau tampak Keren!!”teriakku kemudian. “Dan omong-omong kau memang seorang gadis. Dan eyelinermu, kau sekeren CL! Percayalah!”. Aku merasa sangat puas dengan pilihan bajuku untuk Hyebin, boleh aku bilang ini pilihan yang sempurna! Hyebin memakai kaos sifon see-through longgar berwarna putih dengan crop top hitam yang fit di tubuhnya dengan sedikit cut out di samping kanan dan kiri, short jeans ombre high waisted dengan sobekan-sobekan kecil, dan kemeja tartan merah terikat di pinggangnya. Ia memakai nike air force kesayangannya dan kupinjamkan beberapa aksesoris Betsey Johnson milikku.

Aku sendiri memakai asymmetric skinny skirt berwarna hitam dengan potongan diagonal dari paha ke pergelangan kakiku, off-shoulder sweatshirt dengan motif pop-art yang ramai. Aku memakai adidas sepatu extaball up berwarna putih dan sedikit aksesoris.

“Soojeong-ah”Jinri mengintip dari balik bilik dan memanggilku. “Kurasa aku tidak dapat memakai ini”. Ia berjalan keluar dan menunjuk bustier yang kubelikan untuknya. “Ini longgar”, ia menunjuk cup bustier yang kelonggaran.

“Ya Tuhan Jinri!”kutatap Jinri bingung. Lingkar bustiernya sangat pas untuknya, tapi cupnya, aku tidak tau akan selonggar itu.

“Punyaku kecil”Jinri mengerutkan alisnya. “Bagaimana kalau kau yang memakainya? Bisa kita tukaran?”

“A…”kuputar kedua mataku. “Aku tidak bisa,”kulirik Hyebin bingung. “itu cup A dan aku cup D”sahutku kemudian. Ya, secara general, aku memang tidak suka memakai atasan yang terbuka karena hal itu. “A, tukar saja dengan tank top Hyebin”kutunjuk Hyebin kemudian.

“Kau menyuruhku memakai bustier?”Hyebin menaikkan sebelah alisnya padaku, “Dan bahannya lace?!”

“Aku mohon”kugosokkan kedua tanganku. “Kita tidak punya pilihan lain”

Hyebin menghela nafasnya kesal dan menganggukkan kepalanya. Untung saja cropped top-nya masih cocok dengan flared skirt tutu miliknya. Ya, secara keseluruhan outfit Jinri yang paling manis. Cropped bustier yang sekarang ditukar dengan cropped tank top Hyebin dengan vintage tied shirt dan flared skirt tutu dan sneakers, tapi untuk memberikan kesan street Hyebin menyuruhnya memakai beanie hitam dengan tulisan BOSS besar miliknya. Kami terlihat keren, tapi semua ini tergantung pada penampilan kami nanti. Aku berharap semuanya akan lancar, karena setelah Hanbin sedikit memberikan sentuhan akhir pada lagu kami semalam, musiknya terdengar luar biasa.

***

Aku menggandeng Jinri dan berjalan mengikuti Hyebin masuk ke dalam ruang tempat evaluasi bulanan di adakan. Ruangan ini berada di lantai 2 dan jauh lebih luas dari tempat latihan kami. Beberapa orang sudah berada disana. Tidak banyak trainee yang ada di YG, aku menemukan IKON, Bang Yedam dan seorang laki-laki yang membawa gitar, disisi lain aku melihat Jenny Kim dan beberapa gadis lain dalam grupnya, dan Jang Hanna.

Kami membungkuk menyapa semua yang berada disana sebelum akhirnya menempatkan diri di bangku kosong di sebelah member-member IKON. Bobby, Jinhwan, dan Yunhyeong tersenyum menatap kami bahagia.

“Kalian terlihat sangat cantik!”sahut Yunhyeong kemudian.

“Sangat!!”Bobby mengangkat kedua jempolnya.

“Ini evaluasi pertama kami, kami bisa memakai rok karena kami tidak akan menari hari ini”sahutku kemudian.

“Kalian tidak akan menari?”tanya Junhoe kemudian.

“Tidak. Tampaknya sajangnim tengah berbaik hati menyadari waktu kami yang terlalu sempit untuk latihan menari, lagipula kelas menari kami baru di muali 3 hari yang lalu!”jawabku. “Kami bahkan mulai disuruh olahraga untuk melenturkan badan kami. Dia bilang badan kami kaku seperti orang-orangan sawah!!”keluhku kemudian.

Pintu ruangan terbuka. Nafasku tertahan begitu sajangnim masuk ke dalam ruangan di ikutin beberapa mentor kami, dan, Ya Tuhan!, GD, Taeyang, dan TOP Bigbang ada disana!! Kau tau, aku adalah fans berat dari TOP! Menurutku dia sangat-sangat TAMPAN!

“Oh My God!”Jinri memekik pelan. Ia menggenggam tanganku gemetaran. “Itu Teyang Bigbang!!”sahutnya kemudian.

Kuhela nafasku panjang melihat wajah Jinri yang mulai memucat. “Jinri-ya, sekali ini saja. Sekali ini saja kumohon, anemiamu jangan kambuh untuk kali ini…”

“IKON akan tampil lebih dulu! Setelah itu Yedam, Jang Hanna, Jenny dan yang lainnya. Dan, anak baru!”Sajangnim menoleh ke arah kami, “Akan tampil sebagai penutup!”

“Oh my God!”kali ini aku yang memekik pelan. Hyebin hanya menghela nafasnya dan bersandar ke dinding di belakang kami, Jinri menoleh menatapku, “Bukankah ini bagus untuk tampil terakhir?”

Hyebin menatap Jinri, “Kau tidak paham, eung?”

“Paham apa?”tanya Jinri kemudian.

“Itu berarti kita harus tampil sangat sangat sangat bagus!! Always save the best for the last. No reason to screwed up!”sahut Hyebin kemudian.

“Apa itu buruk?”tanya Jinri lagi.

“Sangat buruk!”

***

Bobby dan Donghyuk membantuku membawa piano listrikku ke tengah ruangan dan memasang mic-ku. Mereka memberiku semangat sebelum akhirnya kembali ke bangku penonton. Ku tarik nafasku dalam-dalam. Aku sama sekali tidak gugup, mungkin karena aku sudah terbiasa menyanyi di depan umum saat bergabung dalam band di sekolah menengahku dulu. Entahlah, dadaku terasa hampa dan aku begitu saja kutoleh kepalaku ke arah penonton dan menatap Hanbin. Laki-laki itu menyunggingkan senyumnya menyadariku menatapnya. Aku tau kami memiliki materi yang bagus, bahkan suara Jinri melebihi ekspektasiku.

“Tolong perkenalkan diri kalian!”sahut Taeyang kemudian membuatku kembali mengalih pandanganku ke arah para penilai.

“Hyebin imnida. Aku leader tim ini”sahut Hyebin kemudian.

“Jinri imnida”Jinri membungkukkan badannya. Ini mengejutkan bagiku, ia sama sekali tidak terlihat gugup, tidak seperti saat Taeyang sunbae masuk ke dalam ruangan.

“Soojeong imnida”kali ini kubungkukkan badanku.

“Sajangnim benar, kalian memang cantik”sahut TOP kemudian.

“Aku setuju”sahut Taeyang kemudian. “Tidak begitu terlihat seperti gadis Korea pada umumnya”

“Terimakasih”sahut Hyebin kemudian.

“Langsung saja, lagu apa yang akan kalian mainkan?”tanya GD kemudian.

“Love the way you lie yang kami ubah sendiri musiknya”jawab Hyebin.

“Oke. Mainkan!”

***

On the first page of our story
The future seemed so bright
Then this thing turned out so evil
I don’t know why I’m still surprised

Even angels have their wicked schemes
and you take that to new extremes
But you’ll always be my hero
Even though you’ve lost your mind

Just gonna stand there and watch me burn
that’s all right because I like the way it hurts
Just gonna stand there and hear me cry
that’s all right because I love the way you lie
I love the way you lie
Ohhh, I love the way you lie

많은 것을 원하지 않아

(There are many things that I don’t want)

그저 곁에 두는것 현실이

(I just want to keep you by my side, within my reality, my rules)

다른 것뿐이야 절대 틀린 아니야

(Only others are never wrong)

시험이 아니야 정답은 없어 This is love

(This is not a test, there’s no right answer. This is love)

수정가 말했지 사랑 집착의 Best Friend

(Soojeong told me that love is obsession’s best friend)

말해 내게 조금만 참고 relax

(You tell me to relax a little bit)

그렇게 쉽게 되면 괜히 사랑이겠어?

(It is so easy when it’s in vain. Love is like this, right?)

나에게 맞춰 바꾸려 너를 아프게 매질했어

(Do you want to find a replacement of me? Does the punishment hurt you?)

튕겨져 나가 나란 벽에 니가 부딪혀서

(I get thrown side-by-side on the wall and hit you)

두려워 혼자인 모습 자꾸 거울에 비쳐서

(I am frightened to be alone. That figure in the mirror keeps making me crazy)

그래서 더욱 옭아매고 가두려해

(So it’s better for you to be trapped inside the cage)

도망가려 하지 이해하는 훨씬 편해

(Don’t go away. It’s much easier for me to understand it)

Just gonna stand there and watch me burn
that’s all right because I like the way it hurts
Just gonna stand there and hear me cry
that’s all right because I love the way you lie
I love the way you lie (I love the way you lie)

So maybe I’m a masochist
I try to run but I don’t wanna ever leave
till the walls are goin’ up
in smoke with all our memories

Just gonna stand there and watch me burn
that’s all right because I like the way it hurts
Just gonna stand there and hear me cry
that’s all right because I love the way you lie
I love the way you lie

***

-Choi Jinri-

Hembusan nafas lega terdengar dari mulut ku, Soojeong dan Hyebin. Ya, beberapa saat yang lalu sajangnim baru saja mengumumkan hasil untuk evaluasi bulanan timku yang secara mengejutkan berada di atas skor tim dari Jenny Kim walaupun perbedaannya sangat tipis. Jujur, aku sangatlah bahagia mengetahui tim kami berhasil menampilkan yang terbaik. Satu jam yang lalu sebelum evaluasi bulanan dimulai lututku bergetar hebat dan tanganku mengeluarkan keringat dingin. Soojeong bahkan sangat menghawatirkanku karena bisa saja anemiaku kambuh. Tapi syukurlah semuanya bisa terlewati. Ajaibnya, saat menit-manit terakhir sebelum penampilan timku dimuali, rasa gugupku menghilang begitu saja. Entah mengapa.

Aku ingat betul apa yang terjadi tepat sebelum Soojeong memainkan piano elektriknya sebagai tanda permulaan penampilan kami. Aku berdiri tegak di samping Soojeong, dengan stand mic di hadapanku, dan menghembuskan nafasku pelan untuk menghilangkan rasa gugupku. Setelah berdoa dalam hati, memang rasa gugupku menghilang sedikit. Hanya sedikit. Tapi, rasa gugupku hilang seketika, ketika tanpa sengaja kualihkan pandanganku pada bangku penonton tepat di mana para member iKON berada. Jinhwan. Aku melihat pria itu. Mata teduhnyalah yang benar-benar melenyapkan rasa gugupku.

“Bagaimana bisa mereka yang belum genap satu bulan menjadi trainee bisa mengalahkan kita Jenny? Kau lihat? Bahkan gadis Sumu itu mendapat pujian dari Taeyang sunbaenim.” Gadis dengan rambut berwarna coklat keemasan yang kutahu bernama Jinny berbisik pelan pada Jenny Kim menunjukkan ketidaksukaannya karena tim ku mendapat nilai yang lebih tinggi dari timnya.

Ku lihat Jenny Kim melirikkan matanya padaku yang sialnya disaat aku sedang memperhatikan gadis itu juga.

“Tim Jenny.” Terlihat mata Sajangnim menatap lurus pada tim dari Jenny Kim. “Penampilan kalian tidak mengecewakan. Cukup Bagus. Tapi apa kalian tau di mana letak kesalahan kalian?” Tanya sajangnim masih dengan menatap setiap member tim Jenny.

Tidak ada jawaban, mereka justru  menundukkan pandangannya pada lantai studio.

“Kau dan tim Hyebin kuakui sama-sama baik. Tapi baik yang kumaksud di sini mengandung arti yang berbeda.” Sambil mengetuk-ngetukkan jari pada papan kecil yang berisikan foto dan nama-nama trainee, Sajangnim melangkah mendekat ke hadapan kami. “Baik untuk tim Jenny karena penampilan kalian lebih bagus dari evaluasi bulanan yang lalu dan bagus untuk tim hyebin karena mereka bisa menampilkan yang terbaik walaupun mereka belum tepat sebulan menjadi trainee di sini.”

Ku lihat tak ada satupun dari kami yang berani menegakkan kepala. Baik tim dari Jenny ataupun aku, Hyebin, dan Soojeong, kami semua hanya bisa menunduk dan mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Yang sajangnim.

“Kalian hanya bermain aman. Kalian hanya ingin tampil baik tanpa ada kesalahan. Sedangkan tim Hyebin, mereka sangat menikmati setiap gerakan dan nyanyian mereka. Dan rap Hyebin sangat sempurna walaupun aku tau ia masih kesulitan berbahasa Korea hingga saat ini.” Kembali, Sajangnim mengetukkan jarinya pada papan yang ada di tangannya membuat suasana semakin menjadi tegang.

“Jenny..” Sajangnim menyerukan nama Jenny.

“Ne, sajangnim.” Jawab Jenny singkat.

“Sampai kapan kau akan berusaha mengingat lirik rap mu? Sudah ku katakana berulang kali jangan seperti orang menghafal saat sudah waktunya untuk tampil. Kau harus sudah menghafal sebelum kau tampil. Apa kau mengerti?”

“Ne, sajangnim.” Jenny menjawabnya dengan singkat.

Ku dengar sajangnim menghela nafasnya kasar. “Sebenarnya hari ini aku akan memberikan sebuah pengumuman penting. Aku sengaja tak memberitahukannya diawal karena aku ingin melihat kemampuan alami Jenny dan Hyebin.”

Aku dapat merasakan ketegangan Hyebin. Tangannya mengepal kuat mendengar namanya disebutkan Sajangnim dan karenanya, aku menggenggam tangannya pelan berusaha mengurangi ketegangannya.

“Aku telah memutuskan untuk mengikut sertakan salah satu dari Jenny dan Hyebin pada kompetisi Unpretty Rapstar.” Mendengar Sajangnim mengatakan kompetisi rap yang kutahu dari Hyebin sebelumnya, ku rasakan kali ini Soojeong menggenggam tangan kiriku pelan sambil berbisik. ‘Hyebin pasti yang akan mewakili YG’.

“Dari hasil evaluasi bulanan kali ini, kuputuskan bahwa yang akan mewakili YG dalam kompetisi Unpretty Rapstar adalah…Hyebin.”

***

Ku rebahkan tubuhku di tas sofa. Rasanya tulang-tulang yang ada di tubuhku benar-benar remuk tak bersisa. Aku, Soojeong, dan Hyebin baru saja tiba di dorm beberapa saat lalu setelah merayakan keberhasilan evaluasi bulanan dan Hyebin yang resmi mewakili YG untuk mengikuti Unpretty Rapstar. Tadi tepat setelah evaluasi berakhir, Bobby, Yunhyeong, dan member iKON lainnya mengajak kami untuk makan di kedai yang menjual tteokbokki dan ramyeon yang tak jauh dari gedung YG.

“Kau tidak ingin mandi?” Terlihat Hyebin baru saja keluar dari kamarnya dan tangan kanannya sibuk menggosokkan handuk kecil berwarna biru muda pada rambut merahnya yang masih terlihat setengah basah. Sepertinya Hyebin baru saja mencuci rambutnya. Lalu ia berjalan mendekatiku dan ikut merebahkan tubuhnya di sampingku.

“Nanti 5 menit lagi aku mandi.” Jawabku cepat sambil menutup mataku.

“Jangan tidur dulu sebelum mandi, arra?” Hyebin memperingatiku. Hyebin memang orang yang sangat hafal dengan kebiasaanku yang lupa mandi setelah latihan. Tepatnya, lupa karena ketiduran. Entahlah, aku merasa aku sangat cepat merasa ngantuk terlebih setelah melakukan hal-hal berat, seperti evaluasi bulanan dan latihan sebagai contohnya. Bahkan ommaku pernah bercerita, dulu aku pernah dimandikan oleh omma tapi dengan aku yang tertidur, dan aku sudah sangat hafal dengan reaksi orang yang mendengar ceritaku ini. Mereka pasti akan berkata, ‘kau gila? Bagaimana bisa sedang dimandikan tapi kau tertidur?’

“Arasso uri leader. Baru menjadi orang yang pertama mandi saja sudah bangga. Biasanya juga Soojeong yang akan menyeretmu ke kamar mandi.” jawabku kemudian sambil menusukk-nusukkan jari telunjukku pada pinggang kecil Hyebin dan terkekeh geli.

“Ya! Geli Jinri-ya!” Teriak Hyebin kencang karena rasa geli dipinggangnya. Lalu ia berusaha membalas ingin menggelitiki pinggangku juga. Namun acara gelitik-menggelitiki kami terhenti ketika ku dengar telfon selularku berdering.

“Yeoboseo?” Sapaku pelan.

“Kau sudah makan?” Tanya orang di seberang.

Aku mengerutkan keningku bingung. Kemudian aku menjauhkan telfon selularku untuk melihat dengan siapa aku berbicara. Mataku membulat sempurna ketika aku melihat nama yang tertera pada layar telfon selularku.

“Mino?”

***

Kupelankan suaraku saat menyebutkan nama Mino tak ingin Hyebin mendengarnya. Lalu, kulirik Hyebin dengan ekor mataku dan kulihat Hyebin masih terlihat sibuk mengeringkan rambutnya seakan tak terganggu dengan apa yang baru saja ku katakan.

“Ada apa Mino-ssi?” Kataku semakin pelan. Sedikit ku jauhkan tubuhku dari Hyebin dan kugunakan tangan kiriku untuk sedikit menutup mulutku.

Apa kau sudah makan?” Mino mengulang pertanyaannya.

Ku gelengkan kepalaku pelan walaupun ku yakin Mino tak dapat melihatnya. “Belum. Memang kenapa?”

Apa kau bisa keluar sebentar bersamaku? Ku dengar ada kedai baru yang menjual samgyeopsal. Memberku bilang rasanya sangat enak. Apa kau mau mencobanya bersamaku?”

“Umm…” aku hanya bergumam pelan tak tau apa yang harus kuucapkan. Sebenarnya aku tak ingin pergi bersama Mino. Pasti akan sangat canggung, berhubung sudah sangat lama kami tidak saling berbicara dan bertemu. “Aku tak tau apakah aku bisa.” Jawabku pada akhirnya.

Wae?” Tanya Mino kemudian.

“Kurasa Hyebin tidak akan mengijinkannya. Lagi pula, aku tak mungkin meminta Jaejin oppa untuk kembali ke dorm hanya untuk menjempuku. Jadi, maafkan aku.” Akhirnya, ku temukan alasan yang tepat untuk menolak ajakan Mino.

Aku mendengar Mino tertawa kecil. “Bukan masalah. Aku bisa menjemputmu. Dan untuk masalah temanmu itu, aku yang akan berbicara padanya. Aku yakin ia akan mengijinkannya.”

“Tapi….” Aku tak bisa meneruskan kalimatku. Bingung. Ya, aku bingung alasan apa lagi yang harus kubuat agar Mino berhenti memintaku untuk pergi bersamanya.

Baiklah tunggu aku. 15 menit lagi aku akan menjempumu di dorm. Jadi, bersiaplah. Annyeong.” Tanpa menunggu jawabanku, secara sepihak Mino memutuskan sambungan telfonnya.

Aku hanya bisa menghela nafas berat. Ku hempaskan punggungku  kasar pada sofa yang sedari tadi kududuki itu. Sesekali kupijit pelipisku pelan.

“Wae? Kenapa kau tiba-tiba menjadi gelisah? Siapa yang menelfon?” Tanya Hyebin padaku. Tubuhnya kini telah menghadap padaku dengan sempurna.

“Seorang teman mengajakku keluar. Padahal tubuhku sangat lelah.” Jawabku dengan mata tertutup.

“Mino?” Ucap Hyebin pelan.

Aku langsung membuka mataku seketika. Apa yang harus kukatakan pada Hyebin. Bagaima jika ia mengetahui hubunganku dengan Mino?

“Tak apa jika kau ingin pergi bersamanya. Asalkan kau kembali tidak sampai larut malam.”

“Tapi….apa benar-benar tidak apa-apa?” Aku menjawab dengan gelisah sambil melirikkan mataku ke arah kamar Soojeong.

“Jika yang kau khawatirkan adalah Soojeong, maka segera hilangkan kehawatiranmu karena aku yang akan menghadapinya.” Aku hanya bisa tersenyum kecil saat Hyebin tersenyum penuh arti sambil mengerlingkan matanya padaku.

“Terimakasih Hyebin-ah. Kau yang terbaik.”

***

Gedung trainee YG. Ya, disinilah aku berada setelah tadi Mino datang ke dormku untuk menjemput. Seperti apa yang telah dikatakan Mino di telefon, tepat 15 menit kemudian Mino datang ke dorm. Beruntung, saat Mino datang menjemput, Soojeong masih mandi sehingga ia tidak melihat Mino datang ke dorm. Sebenarnya, bukan maksudku untuk merahasiakan atau membohongi Soojeong, hanya saja aku tidak ingin masa laluku memecahkan konsentrasiku. Jika Soojeong mengetahui aku yang mengenal Mino, ia pasti akan terus bertanya apa hubunganku dengan rapper boy group YG yang baru itu, bagaimana aku bisa mengenalnya, dan masih banyak lagi yang mengharuskanku untuk menceritakannya secara detail. Menceritakan kembali masalaluku dengan Mino sama saja aku akan membuka masalalu yang selama ini berusaha kulupakan.

“Kau tunggulah di sini sebentar. Ada sesuatu yang tertinggal dan harus kuambil. Jadi tunggulah di sini dan jangan pergi ke mana-mana.” Ucap Mino lalu beberapa detik kemudian ia sudah menghilang dibalik pintu lift yang sudah tertutup rapat.

Aku hanya duduk sambil mengayunkan kaki ku pelan. Sekarang sudah pukul 8 malam, tapi kulihat masih banyak orang yang berlalu-lalang di gedung ini dan sepertinya masih banyak trainee yang berlatih. Mungkin sampai larut malam. Lalu aku memandang lurus ke depan. Tak jauh dari tempatku duduk, terdapat kaca besar yang memantulkan diriku. Ku perhatikan pantulan diriku itu teliti. Aku hanya mengenakan sepatu new balance abu-abuku, kaos abu-abu yang bergambar minimouse besar di tengah serta rok selutut berwarna merah maroon. Apa penampilanku kelewat sederhana? Aku bahkan tak memkai make up. Aku hanya mengoleskan sedikit lip balm pada bibirku.

“Kenapa Mino masih mau bertemu denganku? Padahal ia sudah terkenal sekarang. Apa ia sudah memiliki kekasih? Pasti lebih cantik dan modis dariku. Jauh sekali. Menurut Soojeong saja penampilanku seperti kembang desa.” Aku bermonolog sendiri sambil terus memperhatikan pantulanku di kaca besar yang ada di hadapanku.

Sedetik kemudian, aku tertawa pelan mengingat Soojeong. Tadi, saat Mino datang menjemputku, Soojeong memang belum selesai mandi. Dan saat Mino masuk ke dorm, tiba-tiba terdengar suara keras Soojeong yang sedang bernyanyi di kamar mandi. Lucunya, lagu yang ia nyanyikan adalah lagu WINNER saar tampil di acara final WIN, Go up. Entah sengaja atau tidak, suara Soojeong benar-benar sangat menganggu orang yang mendengar, karena suaranya sangat jelak. Ia berusaha membuat suaranya terdengar seperti laki-laki. Bahkan saat ia melakukan rap bagian Mino, suaranya dibuat besar dan tak ada satu katapun yang benar. Ia hanya asal mengikuti rap Mino. Hingga akhirnya hanya terdengar suara nanananananana untuk rap part Mino. Sungguh menggelikan. Hyebin bahkan terbahak melihat ekspresi Mino yang syok karena mendengar Soojeong melakukan konser solonya di kamar mandi.

“Kenapa tertawa sendiri?” Ku dengar suara seseorang yang menghentikan aktivitasku.

“Jinhwan?” Ucapku terkejut mendapati Jinhwan telah duduk di sampingku.

“Kau sendirian? Mana Soojeong dan Hyebin? Biasanya kalian selalu terlihat bertiga.” Tanya Jinhwan kemudian.

“Ah, mereka sedang di dorm.” Jawabku kikuk. “Aku..Aku kesini bersama seorang teman.”

“Teman?” Alis Jinhwan terangkat. “Teman siapa? Yang aku tau, temanmu hanya Soojeong dan Hyebin di sini. Benar?”

“Aaaa..benar. Tapi kali ini aku bersama teman yang lain.” Aku tertawa hambar. Aku tak tau kenapa tiba-tiba aku tak ingin Jinhwan tau bahwa aku datang bersama Mino. Terlebih aku tak mau Jinhwan tau kalau aku akan pergi makan bersama Mino.

“Oh begitu…” Terlihat Jinhwan hanya menganggukkann kepalanya. Entah karena mengerti atau hanya karena bingung harus bertanya apalagi.

“Lalu, apa kau juga sendiri? Mana member iKON yang lain?”

“Ada di atas. Sedang mengobrol.” Jawab Jinhwan singkat. “Apa kau mau ice cream? Aku baru saja membeli ice cream.” Ucap Jinhwan sambil menunjukkan plastik putih yang ada di tangan kanannya.

Ku gelengkan kepalaku pelan. “Tidak terimakasih. Jika aku memakan ice cream itu, bisa kupastikan Donghyuk akan merengek padamu.” Jawabku asal lalu kami tertawa bersama. Ya, Donghyuk si magnae pasti akan merengek jika jatah ice creamnya dimakan orang lain.

“Yakin tidak mau? Sebenarnya aku membeli dalam jumlah yang lebih. Jadi Donghyuk tidak akan merengek.”

“Tidak terimakasih.” Lagi-lagi kugelengkan kepalaku dan tersenyum pada Jinhwan. Ku rasa senyumku terlihat sangat terpaksa. Aku gelisah. Aku berharap Jinhwan sudah pergi dari sini sebelum…..

“Maaf membuatmu menunggu lama. Kajja Jinri-ah, kita pergi.” Mino telah kembali dan saat ini ia berdiri di hadapanku dan Jinhwan.

“Oh, Hyung. Kau akan pergi bersama Jinri?”

***

“Apa kau berniat menghabiskan seluruh porsi samgyeopsal yang dijual di sini Mino?” Aku menatap heran pria yang tidak berhenti menggerakkan sumpitnya itu.

“Mungkin.” Jawab Mino singkat masih dengan terus mengunyah samgyeopsalnya.

Aku mendengus pelan. Sesekali kulirikkan mataku pada jam tangan yang ada di tangan kiriku. “Kita mau di sini sampai kapan? Ini sudah jam 10 malam. Hyebin akan mencincangku hidup-hidup jika aku tak juga kembali ke dorm.”

“Apa boleh jika tak usah kembali ke dorm saja?”

“Mworago? Ya!Mino, apa kau gila?” Sungutku kesal. Apa pria ini mabuk? Tapi ia sama sekali tak meminum bir malam ini. Jadi bagaimana bisa dia mabuk?

Mino mengusap wajahnya kasar dan meletakkan sumpitnya di sebelah mangkuk hitam yang ada di hadapannya. “Mian…” Ucapnya pelan dan matanya menatap lurus padaku.

Mataku membulat. Apa yang baru saja ia katakan? Maaf? Tapi untuk apa? Apa ia benar-benar tidak akan membuatku pulang ke dorm malam ini?

“Kau mau memaafkanku?” ucapnya lagi.

“Untuk?” tanyaku bingung. “Apa kau meminta maaf karena benar-benar berniat tak ingin mengantarku pulang?”

Tak ada jawaban dari Mino. Justru ia tertawa kecil dan sekarang tawanya sudah benar-benar mekedak.

“Wae?” tanyaku lagi.

“Ya! Kau ini benar-benar tidak berubah Jinri-ya.” Mino berkata sambil berusaha meredakan tawanya. “Kau masih saja polos seperti dulu. Apa kau berfikir aku akan menculikmu lalu aku akan mati ditangan Yang Sajangnim karena menculikmu? Sayangnya aku masih mencitai  nyawaku.”

Aku kesal padanya. Apa maksudnya masih saja polos? Apa dia ingin mengataiku bodoh?

“Lalu? Maaf untuk apa? Kenapa kau meminta maaf?”

Tawa Mino benar-benar sudah berhenti sekarang dan wajahnya berubah menjadi sangat serius membuatku menjadi sedikit cemas.

“Maaf untuk semuanya. Maaf karena dulu aku meninggalkanmu.” Jawab Mino kemudian.

“Sudahlah. Jangan diungkit lagi. Bukankah kau ingin menjadi penyanyi? Dan lihatlah dirimu sekarang. Kau berhasil. Jadi, selamat. Tak usah melihat lagi kebelakang.” Aku tak tau harus bagaimana sekarang dan akupun tak tau bagaimana perasaanku sekarang. Jujur saja, kisahku bersama Mino sudah benar-benar ku pendam sangat dalam dan aku tak mau mengeduknya kembali. Saat pertama aku melihatnya di YG, ada sedikit rasa kesal, tapi ada juga rasa senang. Aku kesal karena bertemu dengannya lagi. Dari sekian banyaknya agensi di Korea Selatan ini, kenapa aku harus satu agensi dengannya? Ya, kalimat itulah yang ada di otakku saat aku melihatnya lagi setelah sekian lama.

“Tapi, aku benar-benar menyesal Jinri. Aku menyesal karena menyakitimu. Sedangkan di sini, aku hanya terlalu memikirkan diriku sendiri.”

Ku dorong ke belakang kursi yang kududuki dan segera berdiri. “Ayo kita pulang Mino. Ini sudah lewat dari jam 10. Aku tak mau membuat Hyebin dan Soojeong menghawatirkanku.” Tak ingin membuka masalalu, aku segera berjalan keluar meninggalkan Mino yang masih terduduk.

Aku terus berjalan dan tak sekalipun menengok ke belakang. Aku tak mau tau apakah Mino akan mengantarku atau ia akan terus berada di kedai itu. Dan bodohnya, aku tak membawa jaket tebalku dan angin malam ini cukup kencang membuat badanku sedikit gemetar.

“Tunggu Jinri-ya!” Tiba-tiba tanganku di tarik ke belakang dan karenanya tubuhku pun ikut terputar ke belakang.

“Kau ingin berjalan kaki ke dorm? Ini sudah malam dan udara sangat dingin.” Kini Mino sudah berada di hadapanku masih dengan menggenggam tangan kananku yang ditariknya.

“Tapi ini sudah malam. Kalau kau tak mau mengantarku, biar aku pulang sendiri saja.” Tak tau harus menjawab apa, hanya itu yang bisa kukatakan padanya.

“Baiklah, aku akan mengantarkanmu pulang.” Ucap Mino. Tapi, ia sama sekali tak melepaskan genggamannya. Justru ia meraih tangan kiriku cepat. “Tapi sebelumnya, ijinkan aku mendengarkan kau menerima permintaan maafku.”

Aku hanya diam dan menundukkan kepalaku. Aku harus bagaimana? Apa aku harus memaafkannya saja? Tapi ada sesuatu dalam hatiku yang menghalangiku untuk memaafkannya.

“Kau tak mau memaafkanku?” Tanya Mino lagi dan aku masih terdiam.

Tiba-tiba saja tubuhku tertarik ke depan dan aku tersadar saat ini tubuhku telah berada dalam pelukan Mino. Kedua tangannya memeluk tubuhku erat dan kurasakan kepalanya ia sandarkan pada bahuku.

“Maaf….Maafkan aku Jinri…”

***

Siang ini kami dikejutkan oleh kehadiran Sajangnim di studio latihan. Saat kami sedang berlatih dance dengan Junghun oppa, tiba-tiba Sajangnim masuk ke dalam studio dan duduk di kursi yang berada tepat di hadapan kami dan hal itu sukses membuat kami merasa canggung.

Beberapa kali terdengar teriakan dari Junghun oppa memperingatkan kami agar terus berkonsentrasi pada gerakan tari kami. Sialnya, aku benar-benar kehilangan konsentrasiku lagi. Entahlah, mungkin karena efek kehadiran sajangnim yang tiba-tiba atau karena kejadian semalam.

Musik berhenti seketika. “Istirahatlah dulu. Kalian terlihat sangat lelah.” Ucap Junghun oppa lalu beranjak dari hadapan kami. Tak lupa membungkukkan sedikit tubuhnya pada sajangnim. Lalu kami semua berjalan untuk mengambil minum dan kemudian langsung berdiri tegak di hadapan sajangnim. Ya, inilah kebiasaan setiap trainee yang ada di sini. Akan selalu berdiri tegak dengan sikap sempurna jika berada di hadapan Yang sajangnim.

“Tak perlu sampai setegang itu. Duduklah. Kalian pasti lelah.” Ujar sajangnim.

“Ne gamsahamnida, Sajangnim.” Jawab kami bertiga bersamaan. Lalu kami pun duduk dengan menyila di lantai studio sambil sesekali mengusap peluh yang mengucur melalui pelipis kami.

“Bagaima latihan kalian?” Tanya sajangnim sambil tersenyum tipis. Walaupun itu sebuah senyuman, namun bagi kami itu terlihat seperti sebuah seringai.

“Baik Sajangnim.” Jawab Hyebin tegas.

“Ku lihat kalian semakin baik. Dan kerjasama di antara kalian juga terus semakin baik.” Ucap Sajangnim kemudian. “Apa kalian bisa menjamin kalian akan terus bekerjasama dengan baik setelah ini?’

“Ne?” ujar Soojeong reflek. Kami saling bertukar pandang satu sama lain mencoba mencerna apa yang sedang Sajangnim berusaha katakana pada kami.

“Seperti yang telah aku katakana pada kalian sebelumnya, akan ada trainee baru dan akan menjadi member baru di tim kalian.”

Kami mengangguk bersamaan tanda mengerti.

“Bukan hanya satu, tapi tiga.” Lagi-lagi sajangnim tersenyum tipis dan kelewat datar. “Dan mulai hari ini, mereka akan tinggal bersama kalian di dorm.”

“Hari ini?” Tanya Hyebin pada sajangnim.

“Ya hari ini.” Jawan Sajangnim singkat.

“Tapi di dorm kami hanya ada tiga kamar sajangnim.” Ujar Soojeong yang lebih pantas disebut sebagai sebuah protes.

“Maka kalian harus berbagi kamar…”

***

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan komentar