(Part 2) Dilemma

dilemma

Author : Missellyot

Length : Chaptered

Genre : Romance,Drama,Married Life

Main Cast : Park Chanyeol (EXO-K), Song Mino (Winner), Kim Hana (OC)

| Part 1 |

-Part 2-

Sinar matahari menorobos paksa memasuki kamarku melalui jendela mengganggu tidur nyenyakku.Siapa yang membuka tirai kamarku?Aku benar-benar masih sangat mengantuk.Merasa terganggu oleh sinar matahari, aku menarik selimut tebalku hingga menutupi kepalaku dan berusaha kembali memasuki alam mimpi.

“Hana-ah, ayo cepat bangun.”Seseorang menarik paksa selimutku.

“Jangan ganggu aku.Aku sangat mengantuk.”Tidak mau kalah, aku menarik kembali selimutku dan lagi-lagi berusaha tidur.

“Ya!Ayo bangun.Ibumu meminta kami menemanimu memilih gaun pengantin.Jadi cepatlah mandi sebelum matahari semakin meninggi.”

Tunggu, apa katanya? Memilih gaun pengantin?Aku membuka paksa kedua kelopak mataku dengan cepat.

“Eun Kyung? Kyung Soon?Apa yang kau lakukan di kamarku? Dan apa yang kau katakana barusan? Bisa kau ulangi lagi?”Ku lihat kedua sahabatku telah berdiri di samping tempat tidurku sekarang.

Eun Kyung berdecak pelan mendengar perkataanku barusan.

“Ayolah cepat mandi.Sebentar lagi calon suamimu akan datang menjemputmu.”Kali ini Kyung Soon menarik-narik tanganku dan berusaha menyeretku masuk ke dalam kamar mandi.

“Cepatlah mandi dan jangan membuang waktu karena lima menit lagi calon suamimu akan datang.” Eun Kyung yang berdiri di depan kamar mandi berusaha memperingatiku.

“APA?????????” aku berteriak sangat kencang.Apa pria itu sudah gila? Bagaimana bisa aku hanya diberi waktu lima menit untuk mandi dan berdandan? Dasar sakit jiwa!

***

Benar saja. Tepat lima menit setelah Eun Kyung memperingatiku, pria gila itu telah menjejakkan kakinya di rumahku.

“Hana, cepatlah sedikit.Mino telah datang.Jangan membuatnya terlalu lama menunggu.”Ku dengar ibu berteriak dari lantai bawah. Aku tidak menjawabnya sama sekali. Biarkan saja jika pria gila itu harus menungguku lama.Jangan salahkan aku. Salah dia sendiri yang hanya memberikanku waktu hanya lima menit. Apa ia tidak mengerti dibutuhkan waktu yang lama untuk seorang wanita mempersiapkan dirinya jika hendak bepergian?

“Hana cepatlah sedikit.Jangan membuatnya menunggu.”Sepertinya virus ibu telah menular dengan cepat pada Eun Kyung.Membuat kepalaku ingin meledak saja.

“Iya benar.Lagipula, aku sangat penasaran seperti apa calon suamimu itu.”Ku dengar Kyung Soon terkekeh pelan.Apa ini terlihat lucu di matanya? Sahabatnyaakan menjalani hidup yang sangat susah tapi ia justru tertawa. Kini aku mulai meragukan apa mereka ini adalah sahabatku. Beberapa hari yang lalu mereka memakiku karena aku memutuskan Chanyeol, dan sekarang mereka sangat bersemangat melihat calon suamiku, ah maksudku pria gila itu. Sebenarnya apa yang ada dalam otak mereka?

Aku mendesah pelan dan berjalan gontai menuju lemari pakaian besarku. Ku buka lemariku dan mengambil sebuah cardigan berwarna peach dan langsung ku kenakan. Bibirku tak henti-hentinya mengerucut.Aku benar-benar tak ingin melakukan ini semua tapi aku tak mempunyai daya menolaknya.

“Ayo cepatlah Hana.”Kedua tanganku kini telah ditarik oleh kedua sahabatku yang membawaku keluar menuju lantai satu dimana ibu dan pria gila itu berada. Oh God!

***

“Kau?”Kyung Soon terperanjat ketika menyadari siapa sebenarnya calon suamiku.Matanya membulat dan mulutnya terbuka lebar sedangkan Eun Kyun tersenyum-senyum sendiri.Ku lihat ada semburat merah di pipi putihnya yang mulus.

“Kau sungguh beruntung Hana.Calon suamimu ini sangat tampan.Jika kau tak mau dengannya, aku dengan senang hati bersedia menggantikanmu.”Eun Kyung memainkan ujung kemejanya sambil melirik Mino malu-malu.

“Ya!”Dengan cepat Kyung Soon menjitak kepala Eun Kyung keras dan membuat Eun Kyung meringis kesakitan.“Apa yang kau katakana?Jelas tidak boleh.Dia adalah calon suami Hana.”

“Sudahlah, ayo cepat kalian berangkat.Ini sudah terlalu siang.”Ucap ibu menengahi pertengkaran konyol kedua sahabatku.

Dengan gerakan cepat Mino menggenggam tanganku dan tindakannya itu cukup membuatku terkejut.Aku yang merasa tidak nyaman mencoba untuk melepaskan genggamannya tapi usahaku sia-sia. Tak sedikitpun ia longgarkan genggamannya malah semakin aku berusaha melepasnya, maka genggamannya akan semakin menguat. Apa-apaan dia?Apa ia sedang berusaha membuat ibu terpesona olehnya dengan pura-pura menunjukkan perhatiannya padaku? Cih…pintar sekali kau pria gila!

“Ibu, kami pergi dulu.”Apaa katanya?Ibu?Iya berani memanggil ibuku dengan sebutan ibu juga?Padahal menikah saja belum. Sudah berani ia memanggil ibuku dengan sebutan ibu? Sepertinya lagi-lagi kau mencoba merebut hati ibuku?Batinku tak henti-hentinya mengumpat karena kelakukan pria gila ini yang terlihat sangat memuakkan.

“Ya, pergilah.”Ibu melambaikan tangannya pada kami sambil tersenyum.“Hana, bersikap manislah dan jangan menyusahkan calon suamimu.Mengerti?” ibu memperingatiku sambil tersenyum tapi dengan tatapan yang mematikan.Aku hanya bisa tersenyum masam sambil memutar bola mataku malas.

“Tenang saja tante, kami berdua akan memastikan Hana bersikap manis pada Mino oppa.” Ucap Kyung Soon dengan bangganya.Ia juga telah berani memanggil pria gila ini dengan sebutan oppa. Aaaarrrggghh!!!!!

***

Kami sudah berada di sebuah butik yang khusus menjual gaun-gaun pengantin.Ku akui selera pria gila ini memang sangat bagus. Gaun-gaun yang terpajang di sini sungguh sangat-sangat high class sampai-sampai mataku hampir saja keluar dari tempatnya melihat gaun-gaun pengantin super indah berbanding lurus dengan harganya yang juga super.

Aku masih diam tak bergerak dari tempatku berdiri ketika pertama kali memasuki butik ini sedangkan kedua sahabat konyol ku itu dengan sigap mengitari seluruh sudut butik ini sambil terus berdecak kagum.Cih, tidak bisakah mereka sedikit menjaga imagenya?

“Hana, kenapa diam?”Mino melangkah mendekatiku. Aku sama sekali tidak berminat untuk memperhatikannya. “Cepat pilih gaunnya.Aku malas jika harus berlama-berlama memilih gaun pengantin untuk wanita harimau seperti mu.”

Ku tatap mata pria gila bernama Mino itu tajam dan kulipat tanganku di depan dada dengan anggun dan tak lupa ku tunjukkan wajah aroganku.

“Hey pria gila, kau tau?Aku bahkan sangat muak jika harus terus bersamamu seperti ini.Menjauhlah dariku.”Aku berbicara dengan sangat lembut tapi dengan kata-kata yang kusadari sangat kasar. Sebenarnya aku tidak pernah berkata kasar seperti ini kepada orang lain. Itu bukanlah diriku, tapi entah mengapa, rasanya mulutku ini tidak bisa ku kontrol dengan baik jika aku sedang berhadapan dengan pria gila ini.

Aku berjalan menjauh dari Mino yang terus menatapku dengan tatapan membunuhnya.Ia pasti sangat kesal dengan kata-kataku barusan. Biar saja. Rasakan itu Tuan Song!

“Ya Hana-ah.Ku rasa gaun ini sangat cantik.”Aku melihat Kyung Soon berlari kecil padaku dan tangannya membawa sebuah gaun cantik namun bukan seleraku.

“Ya memang cantik.Sangat cantik.Tapi kau tau bukan aku sangat benci dengan warna pink?”Ku tatap gaun itu dengan bergidik.Aku memang sangat membenci warna pink. Perutku ini akan mual jika melihat benda-benda dengan warna pink terlebih jika itu adalah hot pink!

“Kyung Soon, bisakah kau memilihkan gaun dengan warna netral saja? Oppa tidak mungkin memakai warna itu bukan?Apa kau tega melihat oppamu yang tampan ini terlihat seperti banci dihari pernikahannya?”Tak sadar, kini Mino telah bediri di sebelah Kyung Soon dan Kyung Soon meringis canggung mendengar perkataan Mino. Sedangkan aku? Aku hanya mentapa jijik pria gila itu. Sejak kapan ia bersikap manis dengan Kyung Soon? Bukankah ia baru mengenal Kyung Soon beberapa jam yang lalu? Dan sekarang mereka terlihat sangat akrab. Sangat menyebalkan!

Ide gila mulai muncul dalam otakku.Kalau tidak salah dengar, tadi pria gila itu berkata tak suka dengan gaun pilihan Kyung Soon.Jelas saja.Warnanya pink dan itu artinya jika aku mengenakan gaun warna pink itu, pria gila itu juga harus mengenakan tuxedo dengan warna yang senada dengan gaunku bukan?

“Kyung Soon, aku berubah pikiran.” Pandangan Kyung Soon reflek beralih padaku.“Sepertinya gaun pilihanmu itu sangat indah.Aku suka dan aku mau gaun itu.”Ku lirik sekilas wajah Mino sambil memperlihatkan senyum mautku. Rasakan itu pria gila!

“Mwo? Apa maksudmu gaun pink ini?” Tidak percaya dengan perkataanku, Kyung Soon mengangkat tinggi gaun yang ada di tangannya lalu melihat bingung padaku dan gaun pink itu secara bergantian. Ku perlihatkan senyum manis yang dibuat-buat agar Kyung Soon mempercayaiku walaupun sebenarnya aku sangat mual ketika melihat gaun itu.

Sepertinya rencanaku mulai berhasil. Ku lihat Mino melotot padaku dan mulutnya terbuka lebar seolah tak percaya dengan apa yang barusan kuucapkan. Sedetik kemudian kulihat ia berusaha menenagkan dirinya sendiri.

“Nona Kim yang terhormat, bisakah kau memilih gaun yang lain? Kau lihatlah kebelakang.Itu gaun yang sangat cantik bukan?Dan ku rasa itu adalah gaun termahal yang ada di sini.” Oh, rupanya Mino berusaha untuk merubah keputusanku dengan mengiming-imingiku dengan gaul yang mahal. Ku putar tubuhku melihat gaun yang dimaksud oleh Mino tadi dan begitu terkejutnya aku melihat gaun itu.Mataku berbinar melihatnya.Bagaimana tidak? Gaun itu berwarna putih bersih dengan design yang simple tapi terlihat elegan. Dibagian bawah dada dari gaun itu terdapat pita berbentuk 3 buah bunga berwarna cream pastel. Sungguh sangat cantik.Hatiku menjerit bahagia ketika melihatnya.Aku sangat suka.Selama beberapa detik pikiranku melayang terbuai oleh keindahan gaun itu namun aku berusaha menyadarkan diriku sendiri dan mencoba fokus pada rencana awal.

“Tidak.Aku tidak mau. Aku suka gaun pink itu.” Ku putar kembali tubuhku menghadap Mino.Aku memulai aktingku. “Ayolah, bukankah seorang suami yang baik akan bahagia jika istrinya bahagia?” dengan tatapan puppy eyes, aku mencoba membujuk Mino yang sedingin esitu.

“Apa yang kau katakana Hana? Tidak! Aku tidak akan membelikanmu itu. Tak bisakah kau memilih gaun dengan warna netral saja? Kau akan mempermalukanku di depan ratusan undangan.” Mino menolak permintaanku dengan tegas dan seketika ku kerucutkan bibirku tanda marah.Sebenarnya aku sangat jijik dengan sikapku ini.Bagaima aku bisa bersikap semanja ini pada lelaki tak tau sopan santun ini?

“Ayolah, kumohon Oppa.”Yak! Bahkan sekarang aku memanggilnya dengan sebutan oppa.

Ku lihat Mino cukup terkejut mendengar aku memanggilnya dengan sebutan oppa. Namun, dengan cepat ia kembali bersikap normal seolah tak mendengar kata oppa meluncur dari bibirku.

“Berhentilah bersikap seperti anak kecil.Aku lebih suka melihatmu mengenakan gaun pilihanku itu dan kurasa, ibumu akan menyukainya.”Mwo?Bersikap seperti anak kecil?Sungguh menyebalkan. Aku tidak percaya sebentar lagi aku akan menjadi istri dari pria tak berperasaan ini.

Tanpa meminta persetujuanku terlebih dahulu, Mino mengambil gaun yang ia pilihkan untukku lalu membawanya pada pelayan butik. Ia bicara pada pelayan itu untuk membantuku mencoba gaun putih itu. Dengan kesal, ku gembungkan pipiku dan kuhentakkan kakiku.Lalu aku menghampiri pelayan itu untuk mencobanya. Arrgghh menyebalkan!

***

Langit berubah warna menjadi kelabu ketika kami semua keluar dari neraka, ah bukan, maksudku butik.Mungkin alam mengerti keadaan hatiku yang kelabu maka dari itu langitpun menyesuaikan warnanya. Hah, berkali-kali kuhembuskan nafasku dengan berat. Rencanaku untuk mengerjai pria gila itu gagal total karena dia dengan seenaknya membeli gaun putih itu tanpa seijinku.Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan gaun putih itu.Bagaimana bisa salah jika designnya benar-benar aku sukai.Hanya satu yang membuatnya salah.Gaun itu telah membuat gagal rencanaku untuk mengerjai pria gila itu.

“Hana, maaf.Sepertinya aku dan Kyung Soon tidak bisa menemanimu untuk memilih cincin dengan Mino oppa.Kami harus segera pulang.”Tiba-tiba Eun Kyung berhenti mendadak dan memutar tubuhnya menghadapku yang berada tepat di belangnya.

Aku hanya mengangguk lemah menanggapinya. Bahkan aku sama sekali tak menatapnya saat berbicara padaku. Aku hanya  menundukkan kepalaku entah apa yang sedang ku perhatikan karena memang tidak ada apa-apa di bawah.

“Eh? Kenapa kita pulang?”Dengan polosnya Kyung Soon bertanya pada Eung Kyung.Aku masih saja tidak memperhatikan kedua sahabatku yang terkenal sangat cerewet seperti penjual sayur di pasar.

Selama beberapa detik aku tidak mendengar jawaban dari Eun Kyung atas pertanyaan Kyung Soon.Akhirnya kuputuskan untuk mengangkat kepalaku menunggu jawaban dari Eunkyung.Tapi bukan jawaban dari Eun Kyung yang kudapat justru aku melihat Eun Kyung menyikut lengan Kyung Soon cukup keras membuat Kyung Soon terlihat meringis.Ditambah lagi dengan pelototan super Eun Kyung yang membuat Kyung Soon semakin terlihat bodoh. Mungkin dia tidak mengerti apa kesalahannya yang membuat Eun Kyung kesal.

“Hey, kenapa kau tidak menjawab pertanyaan Kyung Soon?Kau malah memelototinya.” Tanyaku penasaran.

“Aaaahhh, itu…” Entah mengapa Eun Kung terlihat gugup mendengar pertanyaanku. Ia menggaruk tengkuknya yang ku yakin pasti tidak gatal. Ia terlihat sedang memikirkan sesuatu.

“Itu apa, huh?” Tanyaku gemas.

“Ah, bukankah tadi kau bilang mau mengerjakan tugas kelompok dari dosenmu, Eun Kyung?”Tiba-tiba saja Mino sudah berada sejajar di sampingku.

Ku dengar Eunkung tertawa canggung sementara Kyung Soon masih dengan wajah bodohnya. Sepertinya ia benar-benar tidak mengerti kemana arah pembicaraan Eun Kyung dan Mino.

“Aaaah, ya.Aku, maksudku aku dan Kyung Soon harus mengerjakan tugas dulu.Jadi maaf sekali aku tidak bisa menemanimu Hana.Kau tidak apa-apa?”Dengan senyum yang dipaksakan Eun Kyung berusaha meyakinkanku.

Ini sungguh aneh.Sejak kapan Eun Kyung dan Kyung Soon menjadi mahasiswa yang rajin? Biasanya mereka akan meminta jawaban dari ku jika memang ada tugas. Tapi ini?Mereka ingin mengerjakannya sendiri.Apa tidak salah? Lagipula, sebenarnya tugas kelompok apa? Ku rasa, tidak ada tugas kelompok untuk semua matakuliah yang kami ambil semester ini.

“Tugas ap..” Belum sempat ku selesaikan pertanyaanku, Eun Kyung  sudah memotongnya.

“Baiklah kami pamit.Sampai jumpa.”Dengan gerakan cepat Eun Kyung menyeret Kyung Soon yang masih setia dengan wajah bodohnya dengan cepat.

“Tugas kelompok apa sebenarnya yang ingin mereka kerjakan?Ku rasa, tidak ada tugas apapun.Aneh.”Aku bergumam sendiri sambil melangkahkan kaki ku pelan entah kemana.

Belum lama aku melangkah, aku mencium sesuatu yang harum dan menggoda.Tidak lama, ku dengar perutku berbunyi.Rupanya cacing di perutku sudah mulai protes.Aku baru ingat, tadi pagi aku tidak sempat sarapan karena pria gila itu yang datang dengan tiba-tiba.

Aku mulai mencari sumber bau harum itu. Ah, itu dia. Tepat di arah kananku. Aku melihat restaurant ayam cepat saji.Mataku berbinar melihatnya.Tanpa sadar, kakiku melangkah menuju restaurant itu dengan sendirinya.Namun, baru beberapa langkah, ku rasakan seseorang menggenggam pergelangan tangan kananku.

“Ya!Kau mau kemana nona Kim yang terhormat?”Ku lihat wajah Mino yang memerah sedang menahan amarahnya.

Aku berusaha melepas genggaman tangannya tapi tidak berhasil.Tenaganya terlalu besar untukku yang hanya seorang wanita terlebih dengan energy yang sudah sekarat karena perutku yang kosong.

“Aku ingin makan.Aku lapar.”Jawabku singkat.

Ku lihat Mino hanya mendengus dan menggelengkan kepalanya. Lalu sedetik kemudian ia kembali menatapku tapi sekarang dengan tatapan yang lebih lembut dari sebelumnya.

“Kau lapar?”Suara Mino terdengar lebih lembut sekarang. Ada apa dengannya? Kenapa ia menjadi lembut padaku begini? Apa otaknya sekarang sedang konslet?

Aku hanya menganggukkan kepalaku pelan untuk menjawab pertanyaannya.

“Kenapa tadi tidak makan dulu sebelum pergi?”

Mataku membulat mendengar pertanyaannya.Apa tadi ia bilang? Kenapa aku tidak makan dulu sebelum pergi?Dia pikir gara-gara siapa aku tidak makan tadi?

“Ya!Kau pikir gara-gara siapa aku tidak sempat sarapan tadi pagi, huh?”Kesal, ku hentakkan tanganku sampai-sampai tangannya terlepas dari tangan ku dan dengan berani ku tatap matanya penuh amarah. Maaf, jika aku sedang lapar maka aku akan sedikit lebih sensitive.

“Ck, seperti anak kecil saja.” Mino melipat kedua tangannya di depan dada. “Kenapa tidak bilang saja tadi jika kau ingin sarapan? Aku kan bisa menunggu. Sekarang kita harus mencari cincin karena aku tidak punya banyak waktu.Tahanlah sedikit.Setelah mendapat cincin kau boleh makan sepuasmu.”

Aku benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikir pria gila ini.Bagaimana aku bisa menahannya lagi? Aku tidak sarapan dan sekarang sudah waktunya makan siang. Bagaimana aku bisa menahannya, huh?Aku benar-benar sudah kehilangan kesabaranku.

Tanpa sepatah katapun, aku pergi meninggalkan Mino.Dengan langkah panjang dan tegas, aku berjalan menuju restaurant ayam cepat saji yang aku inginkan dan memesan beberapa makanan.

***

Aku menepuk perutku yang sudah terisi berbagai makanan.Aku tersenyum girang.Memang benar kata orang, makan bisa membuat mood lebih baik.Ku senderkan punggungku pada kursi yang kududuki.Nyaman sekali rasanya.Tak lupa ku luruskan kakiku yang sedikit pegal.Aku memang hanya mencoba gaun saja tadi, tapi entak mengapa tubuhku terasa sangat lelah.

“Sudah puas?”Ku lihat Mino dengan wajah datarnya mentapku tajam.

“Hmm.”Aku hanya berdehem.

“Kalu begitu cepat bayar makananmu dan kita pergi dari sini. Kita harus segera mendapatkan cincinnya.”

Ku tatap Mino malas. Sebenarnay apa yang akan ia kerjakan sampai harus buru-buru membeli cincin? Aku masih lelah dan masih ingin duduk.Apa ia tak tau kalau kakiku ini sangat pegal?

“Ya!Kau tuli?”Mino meninggikan suaranya dan matanya tak henti-hentinya melotot padaku.

“Ish.Menyebalkan!”Aku benar-benar kesal padanya tapi aku tetap menuruti perkataannya dan berdiri untuk membayar makananku.

Aku membuka tasku mencari dompet milikku.Beberapa menit aku mencarinya tapi tidak bisa kutemukan.Ku rasa aku memasukkan dompetku sebelum pergi tadi.Kenapa sekarang tidak ada?Panik, aku berlari kecil menuju meja tempat aku makan tadi.Ku lihat Mino sedang bermain dengan ponselnya.

“Oppa…” Aku memanggil Mino pelan seperti takut terdengar oleh orang lain.

“Hmm?Sudah selesai membayar?”Mino tidak mengalihkan pandangannya dari ponselnya.Kesal merasa tidak diperhatikan aku mengguncang pundaknya.

“Oppa…”

“Ck. Apa?” Mino berdecak kesal karena aku mungkin mengganggu konsentrasinya.

“Dompetku ketinggalan.”Aku berbicara dengan sangat hati-hati dan dengan suara yang super pelan.

“Yasudah.”

Hah? Apa? Yasudah?Apa Mino ini adalah seorang idiot?Dia hanya menjawab yasudah di saat aku mengatakan dompetku ketinggalan.Apa ia tidak berpikir bagaimana aku bisa membayar makananku jika dompetku tertinggal?”

“Oppa, dompetku ketinggalan.”Kali ini aku sedikit meninggikan suaraku.

Mino menoleh padaku dengan malas.

“Lalu?”

Aku mendengus pelan dan mengusap dadaku pelan berharap aku bisa menahan emosiku.Sama sekali tidak lucu jika aku mengahajar pria di hadapanku ini secara membabi buta mengingat ini adalah tempat umum.

“Kau bayar makananku.Bagaimana aku bisa membayar jika dompetku tertinggal?”

Lagi-lagi Mino menatapku dengan kesal.Ia berdiri lalu menghadapku. Reflek aku mendongak untuk bisa menatap wajahnya karena tinggiku yang jauh darinya.

“Kau ini.Benar-benar seperti anak kecil.Sungguh merepotkan!”Ucap Mino sebelum meninggalkanku sendiri yang menatapnya tidak percaya menuju kasir.

***

Ku rasa hari ini benar-benar hari sialku selama hidupku.Dan orang yang membuat aku sial adalah Song Mino. Ya Song Mino yang sebentar lagi akan menjadi teman hidupku untuk selamanya. Aku bahkan merinding jika mengingat ia akan menjadi suamiku dalam waktu dekat. Apa tidak ada pria lain yang lebih baik dari Mino? Bagaimana ayah bisa menyerahkan putri semata wayangnya pada pria gila seperti Song Mino?Bahkan Chanyeol 100 kali lebih baik dari pada Mino.

“Bagaimana dengan yang ini nona?”Seorang wanita dengan rambut yang digelung rapi menyerahkan sepasang cincin padaku.

Aku mengambil cincin itu dan memperhatikan designnya. Yah, bagus memang tapi aku sama sekali tidak menginginkannya. Aku meletakkan sepasang cincin itu di hadapanku.

“Aku tidak suka dengan cincin ini.Kesannya terlalu mewah.Aku tidak suka dengan sesuatu yang terlalu berlebihan.”

“Ya!Ini cincin ke enam yang telah kau tolak.Alasanmu itu sungguh mengada-ngada.Mewah dari mananya?Ku rasa designnya sangat sederhana tapi tidak meninggalkan kesan elegannya.Itu adalah emas putih dengan satu permata di atasnya.Apanya yang terlalu berlebihan?”Sepertinya Mino benar-benar sudah lelah dengan sikapku yang kuakui lebih kekanakkan dari pada anak-anak yang asli.

Sebenarnya aku suka dengan cincin ini tapi aku terlalu malas untuk memilihnya karena aku memang tidak ingin menikah dengan Mino, si pria gila ini.

“Aku memang tidak suka dengan ini.Kau sendiri kan yang bilang aku bisa memilih cincin yang aku suka?”

“Tenanglah tuan, nona. Kami masih ada beberapa design lagi. Kali ini nona pasti sangat menyukainya karena cincin ini adalah cincin terbaik yang kami miliki.”Wanita dengan rambut yang digelung rapi tadi mencoba menenangkanku. Lalu dengan cepat ia berjalan menuju ke sisi kanan toko untuk mengambil sepasang cincin dalam kotak beludru berwarna biru dari etalase. Lalu denga sigap ia membawa cincin itu padaku.

“Ini adalah cincin terbaik yang kami miliki nona.Designnya sederhana tetapi sangat elegan.Cocok dengan kepribadian anda yang memang terlihat sederhana tapi sangat cantik.”Wanita itu tersenyum padaku sambil meletakkan cincin itu di hadapanku.Apa wanita ini sedang membujukku?

Baru sempat aku melihatnya selama beberapa detik, Mino telah mengambilnya dari hadapanku. Selama beberapa detik ia melihat cincin itu dan mengambilnya satu lalu mencobanya. Setelah itu ia kembali meletakkan cincin itu pada tempatnya dan menyerahkan cincin-itu pada wanita tadi.

“Ku ambil cincin ini.”Kata Mino sambil tersenyum ramah.

“Kenapa kau membelinya?Kenapa tak meminta pertimbanganku terlebih dulu?Kenapa tidak meminta pendapatku terlebih dahulu sebelum membelinya?”Aku benar-benar geram melihat sikapnya itu. Tadi ia sendiri yang bilang aku boleh membeli cincin yang aku suka. Sekarang apa? Ia bahkan tidak meminta pendapatku secuilpun.

“Karena aku yakin kau pasti akan menolak cincin itu lagi.”Jawab Mino dengan santainya.

“Kau ini, calon suami macam apa yang tidak mengerti perasaan calon istrinya?”Tanyaku berapi-api.

“Jadi sekarang dengan suka rela kau menyebut dirimu sebagai calon istriku?”Mino tersenyum meremehkan sambil mengambil dompet hitam dari kantung celananya.

Aku hanya menghentakkan kaki ku kesal mendengar perkataan Mino.Ku alihkan pandanganku keluar toko sebelum aku benar-benar mencakar wajah pria gila ini. Tak kusangka aku melihat seseorang yang sangat aku kenal berjalan sambil menggendong sebuah case gitar dipunggungnya.

Tanpa pikir panjang aku segera berlari keluar dari toko perhiasan menuju orang yang kumaksud.

“Chanyeol-ah.Tunggu!”

 

6 responses to “(Part 2) Dilemma

  1. Jadi senyum2 gaje bacanya… Pertengkaran mereka gak ada habisnya… Kkk vidy jd ngebayang mino pke tuxedo warna pink…. Haaaa
    Chanyeol??? Mwo??? Apa mereka akn bersama lg? Andwe…

  2. Chanyeol muncul ke permukaan! (eh?) haha.
    Penasaran gimana reaksinya Mino nanti xp

  3. Ping-balik: (Part 3) Dilemma | Angelinblack's Blog

  4. Ping-balik: (Part 4) Dilemma | Angelinblack's Blog

Tinggalkan komentar