(Part 1) EX

IMG_1522

Main Cast : Kim Hanbin {WIN Team B}, Jin Ara {OC}, Goo Junhoe {WIN Team B}

Supporting Cast :  Song Mino {Winner}, Jenny Kim {YG}

| Prolog |

*One*

                “Satu! Dua! Tiga! Empat! Satu!”pelatihku berteriak mengikuti ritme lagu ‘Touch My Body’ yang dimainkan dengan volume maksimal oleh speaker-speaker yang tergantung di dinding atas ruangan. Kutatap bayanganku di cermin besar yang menutupi seluruh bagian tembok di hadapanku. Aku tidak perlu memperhatikan trainee di sebelah kanan dan kiriku untuk mengikuti gerakan tarian yang kami pelajari. Yah, aku sudah mempelajari tarian ini selama 3 hari dan menghafal bahkan hingga liriknya di luar kepala. Hari ini, pelajaranku adalah bagaimana agar ekspresi wajahku tetap terlihat cantik meskipun aku kehabisan nafas saat sedang menari. Ini benar-benar menyusahkanku, kau tau, lubang hidungku tetap saja kembang-kempis karena aku butuh menarik oksigen masuk ke dalam paru-paruku.

                “Stop! Stop!”pelatihku berteriak keras. Kutatap bayangannya yang terpantul dari cermin, memasang muka sangar bak gorilla yang telah direbut pisangnya. Aku berdecak pelan. Pasti, pasti seorang trainee membuat kesalahan dan ujung-ujungnya ekspresi wajahku yang tak sempurna akan ikut di kritik habis-habisan.

                Pelatihku membuka mulunya, urat-urat di lehernya menegang menandakan emosinya yang sudah tak tahan untuk diluapkan. Aku sempat mendengar satu huruf melesat keluar darinya, sebelum akhirnya suara gaduh di luar ruangan membuatnya menutup kembali mulutnya dan menoleh ke arah pintu. Suara berat seseorang terdengar sedang mengeluh kesal. Aku mendengus pelan sebelum menaikkan sebelah alisku. Tidak butuh waktu lama bagiku untuk mengenali si empunya suara. Siapa lagi yang memiliki suara berat dan karismatik seperti itu?! Tentu saja, anak kesayang perusahaan yang sedang naik daun, Goo Junhoe.

                “Aku tidak mau belajar menari!!!”Junhoe berteriak keras sebelum akhirnya pintu ruangan kami terbuka dan manajer Junhoe melangkah masuk sembari menyeret paksa Junhoe mengikutinya. Junhoe mendengus kesal dan buru-buru memperbaiki sikapnya begitu menyadari banyaknya trainee perempuan yang kini tengah berdiri menatapnya.

                “Kau akan mengambil kelas dance seminggu 4 kali! Sudah kuberikan kau waktu sepanjang akhir minggu untuk istirahat. Selagi kau tidak ada pertandingan, kau harus melatih skill-mu yang lain!”sahut manajer Junhoe kemudian.

                “Hyung!”Junhoe melipat kedua tangannya. Aku tau ia ingin sekali berteriak-teriak menyuarakan protesnya tapi ia tidak bisa melakukannya di hadapan banyak gadis seperti ini. Yah, bukannya ia sedang menjaga image-nya di depan lawan jenis, tapi sudah dari kecil ia menjadi pendiam di hadapan lawan jenis, dan aku adalah pengecualian. “Aku ini seorang atlit!”sahutnya kemudian.

                “Ya, kau memang seorang atlit! Tapi kau juga seorang artis saat kau tidak melakukan kegiatan atlit-mu itu! Jadi jangan mengeluh dan bersemangatlah!”manajer Junhoe menepuk pundak laki-laki itu pelan dan beranjak pergi. Ia menghentikan langkahnya tepat di ambang pintu dan kembali menoleh ke dalam, kali ini menatapku. “Yang sajangnim ingin bertemu denganmu saat makan siang di kantornya. Jangan lupa itu.”ujarnya sebelum akhirnya melangkah keluar dan menutup pintu ruangan.

                Junhoe mengeluh pelan, memasukkan sebelah tangannya ke dalam saku celananya dan berjalan menghampiriku lemas. “Apa mereka benar-benar akan menyuruhku menari?”bisiknya kemudian.

                Kusikut lengannya dan mendorongnya menjauh. “Kau terlalu dekat!”kubelalakan kedua mataku. “Dan.. Jangan mengeluh! Kau akan menyukainya lambat-laun!”

***

                Kubungkukkan badanku pelan pada Yang Sajangnim, sebelum akhirnya berjalan keluar dari kantornya dan menutup pintu. Menghela nafas panjang, Sajangnim baru saja menjelaskan beberapa jadwal besar untuk persiapanku debut sebagai aktris, sebelum memulai syuting perdana untuk dramaku nanti. Aku akan membintangi music video bersama Junhoe, ada beberapa pemotretan, dan wawancara. Sajangnim juga menambah jam kelas vokalku mengatakan, bahwa aku memiliki potensi untuk merambah ke dunia soundtrack nantinya. Aku tidak tau mana yang benar-benar membuatku merasa lemas sekarang ini, seluruh jadwal tersebut, atau jadwal dietku yang akan di mulai besok. Bahkan tadi saja sajangnim hanya menyediakan sayuran rebus untukku makan bersamanya. Sayur rebus! Bayangkan sayuran rebus setelah beberapa jam kelas dance tadi!!

                “Oh, Ara-ya!!”seseorang menyapaku ramah. Aku tak perlu menoleh untuk mengenalinya, dari suaranya yang kelewat cempreng untuk seorang pria, aku yakin dia adalah Yoomin Oppa. Ya, manajer bagian perekrutan trainee.

                “Oppa? Ada apa?”tanyaku melihatnya terlihat sedang sibuk dan buru-buru.

                “Kau baru dari kantor sajangnim?”Yoomin oppa merapihkan tumpukan map yang dibawanya, wajahnya terlihat sangat lelah. “Kau bisa membantuku menaruh ini di mejaku? Aku harus menemui Sajangnim segera!”

                “Ah.. Eung.. Oke..”kuambil tumpukan map dari Yoomin oppa dan memeluknya agar tidak jatuh dan berantahkan kemana-mana. Ia kemudian menepuk bahuku, menghela nafas panjang dan mengucap terimakasih, sebelum akhirnya berlari menuju kantor sajangnim.

                Ku langkahkan kakiku menuju lift, dengan kesusahan, kutekan tombol menuju ke lantai tepat di bawahku sembari menjaga agar tumpukan map-map yang bahkan lebih tebal dari bantalku itu tidak jatuh. Tidak susah menemukan kantor Yoomin oppa yang baru pindah seminggu yang lalu, gayanya yang nyentrik dengan boneka D&G di depan pintu membuatku langsung mengenalinya. Kubuka pintu kantornya dengan sebelah kakiku dan berjalan masuk, sedikit membanting tumpukan map ke atas meja, kurasakan nyeri di bagian pinggulku. Mengeluh pelan, kupukul-pukul pinggulku, mencoba menghilangkan rasa pegalnya, sembari menatap tumpukan map yang kubawa tadi. Ada nama yang tertulis dengan huruf besar di bagian depan setiap map, sepertinya map-map ini berisi data calon-calon trainee yang sedang di seleksi Yoomin oppa.

                Penasaran, kubuka map paling atas dengan nama Song Mino. Benar saja, semua berkas dan data diri orang ini berada disini, bahkan sampai dengan jadwal kegiatannya sehari-hari. Kututup map itu dan beralih menuju map yang berada di bawahnya. Kedua mataku terbuka lebar melihat nama yang tertera di depan map. ‘Kim Hanbin’ , kurasakan sedikit jeda di antara detak jantungku. Kuraih map tersebut dengan ujung jemariku yang mulai terasa dingin. Ya Tuhan, aku tau seharusnya aku tidak melakukannya, semakin aku mencari informasi tentang laki-laki itu, semakin aku akan menyakiti diriku sendiri. Tapi, aku tidak bisa menahannya. Malam itu, di saat ia menyatakan bahwa ia tidak pernah mengenalku sama sekali, aku sempat berfikir bahwa ia bukanlah Kim Hanbin yang ku kenal dulu. Tapi, tidak mungkin kan ada dua orang yang sama dengan nama yang sama di dunia ini, dan juga mereka memiliki hobbi yang sama, rap.

                Kuhela nafasku panjang dan ku buka map milik hanbin tersebut. Yang pertama kutemukan adalah sebuah selebaran kompetisi rap. Kusingkirkan selembaran itu dan kemudian menemukan halaman berisi profil laki-laki tersebut.

                “Ini..”, ku sipitkan kedua mataku. “Cih!” mendengus pelan, kusadari bahwa laki-laki ini benar-benar Kim Hanbin. Kim Hanbin, yang setiap kali aku memikirkannya, membuatku merasa sedih, marah, dan benci di saat yang bersamaan. Ya, semua yang di tulis dalam profile ini sama. Ulang tahunnya, golongan darahnya, bahkan alamat rumahnya masih seperti yang kuingat. Kuraih ponselku buru-buru dan mencatat nomor ponselnya begitu aku menemukan info tentang kontaknya. Aku akan menemuinya, aku akan menemui laki-laki itu dan bicara padanya, hanya saja aku harus menemukan bagaimana caranya agar aku bisa bertemu dengannya tanpa aku memintanya. Sudah jelas sekali ia akan menghindar jika aku menghubungi langsung.

                “Ah ya!”kutatap selebaran kompetisi yang kupegang tadi. Tersenyum, aku tau apa yang harus kulakukan sekarang ini.

***

                Langit berubah kelabu sore ini. Tidak ada yang benar-benar memperhatikan bahwa sekarang ini musim panas sudah hampir berakhir. Ya, langit akan berubah kelabu sedikit demi sedikit saat musim gugur akan tiba. Aku tidak menyadarinya, sampai seseorang memberitahuku tentang itu. Dia…

                “Ara-ya!!”kudengar suara Junhoe memanggilku. Menoleh pelan, aku berdecak kesal melihatnya berjalan menghampiriku bersama seseorang di sebelahnya. Ya, aku memang memaksa Junhoe menemaniku pergi kemarin, dan ia berkata akan membawa seorang temannya bersama kami. Aku menyetujuinya, kupikir ia akan membawa teman sesama pembalapnya yang aneh tapi ternyata, ini benar-benar di luar dugaan! Ya, orang yang di ajak laki-laki bodoh ini adalah si putri menyebalkan Jenny Kim! Jiah! Tidakkah aku sudah sangat memperlihatkan pada Junhoe bahwa aku sangat tidak menyukai gadis itu?!

                “Ya!!”kupelototi Junhoe kesal. Aku bahkan tak mampu berkata apapun sangking kesalnya.

                “Ada apa?”Junhoe menatapku bingung. “Ah ya, maaf aku sedikit terlambat…”ia kemudian menyunggingkan senyumnya, yang membuat nafasku semakin memburu kesal.

                “Bukan itu maksudku”cibirku pelan.

                “Onni!”Jenny melambaikan padaku dan memasang senyum palsunya, aku tau ia juga sangat tidak suka bertemu denganku. “Junhoe berkata kau akan menonton kompetisi rap? Aku juga ingin melihatnya! Aku juga seorang rapper, bukan?”. Aku tak dapat melihat ekspresi di balik kacamata hitam besarnya, tapi aku sudah dapat membayangkan jelas tatapan menyebalkan yang dilemparnya padaku saat ini.

                “Dan, seharusnya kau tetap berada di asramamu agar tidak tertangkap paparazzi!”sahutku kemudian.

                “Omo! Tenanglah, onni. Aku sudah menyamar dengan sempurna!”ia menyetuh hoodie yang di pakainya. “Sasaeng fans-ku pun tidak akan mengenaliku!”ia melipat kedua tangannya.

                Aku mendengus kesal. Sasaeng fans apanya?! Orang tak punya otak mana di dunia ini yang mau menjadi sasaeng fansnya?! Kupelototi Junhoe kesal, ia membalasku hampa, tak mengerti kesalahan fatal yang sudah di buatnya. Rasanya, ingin sekali aku membatalkan rencana hari ini, tapi aku tidak bisa. Bahkan rasa muakku pada Jenny bisa ku nomor duakan demi hal ini. Ya, aku harus mencarinya, aku harus melihatnya, aku harus bertemu dengannya.

                “Onni!”Jenny beranjak dari sisi Junhoe dan berjalan mendekatiku. Ia mencondongkan tubuhnya mendekatiku dan sedikit menurunkan kacamatanya, menatap langsung ke arahku. Kusipitkan mataku galak, tak mau kalah dengan tatapan mengintimidasinya. “Aku tidak tau apa alasan onni mengajak Junhoe pergi menonton kompetisi ini, aku yakin kau sama sekali tidak mengerti apapun tentang rap. Intinya, aku tidak akan membiarkanmu menyabotasenya!”

                “Ya?!”kudorong bahunya dengan telunjuk tanganku. “Coba saja rebut dia dariku, itu akan jadi hal terakhir yang kau lakukan dengan nyawamu!”balasku, sebelum akhirnya menyetop sebuah taksi. Ya Tuhan, kuharap tidak akan ada yang lebih buruk dari Jenny Kim hari ini! Aku harap dia tidak membawa sial untukku, aku sekarang ini tengah berada di puncak kesabaranku hingga kurasakan gigiku hampir remuk menekan satu sama lain. Damn!

***

                Aku hampir tidak bisa bernafas karena padatnya kerumunan penonton. Sudah kudengar Jenny mengeluh beberapa kali di belakangku. Kutinggalkannya dengan Junhoe karena ia takut terungkap identitasnya sebagai seorang ‘artis’, meskipun aku yakin tidak akan ada seorangpun disini yang mengenalinya. Yah, kebanyakan orang yang datang disini hip hop ‘hardcore’ dengan tindik, tattoo, dan penampilan mereka yang sedikit berandal. Kututup hidungku, melewati mini bar dengan tumpukan kaleng bir di mejanya menuju meja panitia di seberang ruangan. Ya tempat ini adalah basement sebuah gedung tak terpakai yang di sulap dengan hiasan neon-neon dan graffiti-grafiti di sepanjang temboknya. MC berteriak, membuat kerumunan kembali heboh, kali ini ku pindahkan kedua tanganku menutupi telingaku dari teriakan-teriakan orang-orang di sekitarku. Beberapa orang berlari menuju pusat keramaian dan menabrakku dengan keras. Jangankan berhenti untuk sekedar meminta maaf, mereka bahkan nampak seperti tak merasa sudah menabrak orang.

                “Permisi…”kusapa salah satu gadis dengan tanda pengenal panitia acara.

                “Ada apa?”gadis itu melirikku tajam. Ya tuhan, ia memiliki wajah yang sama menyebalkannya dengan Jenny Kim.

                “Ini sudah peserta nomor urut ke berapa ya?”tanyaku kemudian.

                Gadis itu menyipitkan matanya mendengar pertanyaanku. Ia kemudian menatapku dari atas ke bawah seperti mesin scan sembari mengunyah permen karet di dalam mulutnya. “Kau anak baru?”

                “Eh?”kuputar kedua bolan mataku. “Ya. Aku datang karena mencari seseorang. Te.. Temanku menyuruhku kemari membawakan sesuatu”tak tau harus berkata apa, aku terpaksa berbohong. Aku benar-benar merasa seperti anak domba di antara kawanan serigala.

                “Temanmu peserta?”tanyanya kemudian.

                “Ya.”kuanggukkan kepalaku.

                “Siapa?”tanyanya lagi.

                Kugigit bibir bawahku ragu, sebelum akhirnya berkata, “Kim Hanbin”

                “Kim Hanbin?!”gadis itu membulatkan kedua matanya mendengarku menyebut nama itu. “Kau rugi besar karena melewatkan battle-nya dengan Song mino! Kurasa ia sedang beristirahat di belakang”ia menunjuk ke sebuah pintu di seberang ruangan di samping meja dj. Kuhela nafasku panjang melihat sebegitu padatnya lautan manusia yang harus ku lalui untuk dapat kesana. Pintunya juga tak terlihat tertutup dan beberapa orang keluar-masuk dari dalam sana.

                “Kau mau kemana?”seseorang meraih lenganku tepat saat aku baru mau melangkahkan kakiku. Menoleh, kudapati Junhoe sedang menatapku dengan Jenny yang berdiri di belakangnya dengan pose menyebalkan.

                “Aku harus menemui seseorang”kurendahkan suaraku agar Jenny tak dapat mendengarnya.

                “Siapa? Orang macam apa yang ingin kau temui di tempat seperti ini?!”Junhoe memelototiku. Aku tau ia pasti mengkhawatirkanku saat ini. Keramaian seperti ini, keadaan seperti ini memang bukan tempat dimana aku dapat di tinggal dengan aman dan nyaman. Tapi…

                “Jangan katakan..”Junhoe mengerutkan alisnya.

                “Aku mohon…”kulepas genggaman Junhoe dari lenganku. “Sebentar saja, berikan aku waktu 5 menit. Hanya 5 menit dan kita akan pergi dari sini…”kutautkan kedua tanganku, memohon padanya.

                “Kau akan terluka…”Junhoe menghela nafas panjang. “Aku tidak akan membiarkannya”sahutnya yang membuatku kehilangan 50% harapanku untuk beranjak dari hadapannya.

                Aku baru saja hendak menyerah, saat kemudian Jenny berteriak membuat perhatian Junhoe terarah padanya. Mengambil kesempatan, aku segera berbalik dan berbaur dengan kerumunan menjauh darinya. Aku tau Junhoe akan sangat marah padaku, tapi aku tak peduli. Ini memang bodoh, aku berusaha menemui laki-laki itu lagi, tapi bagaimana lagi aku tidak bisa menahannya. Aku tidak bisa menahan hatiku yang ingin menatapnya. Tidak.

                Seseorang menyandungku, hingga aku terjatuh. Sedikit meringis,ku tepuk lututku yang tiba-tiba saja mulai berubah berwana biru pucat. Bagus! Aku akan di marahi manajer noona jika ia menemukan lebam dan lecet ini besok! Kembali berdiri, lagi-lagi seseorang kembali menabrakku dari belakang hingga topiku terjatuh, tapi kali ini aku bisa mempertahankan keseimbangan badanku.

                “Sorry!”laki-laki itu meminta maaf padaku dengan suara beratnya, ia kemudian mengambil topiku dari lantai dan menyodorkannya kembali padaku. “Kau baik-baik saja?”tanyanya kemudian.

                “Terimakasih. Aku baik-baik saja…”ku ambil kembali topiku dan memasukkannya ke dalam saku jaketku, aku tidak mau memakai topi yang sudah jatuh, terutama mengingat kondisi tempat ini yang benar-benar berantahkan.

                “Kau anak baru?”laki-laki itu menggeser badannya menghalangiku. “Kurasa kita pernah bertemu, tapi bukan disini”

                “Eung?”, kutatap wajah laki-laki di hadapanku itu. Ia tersenyum, tapi benar saja, aku langsung merasa pernah melihatnya. Tunggu dulu, wajahnya ada di map Yoomin oppa! Aku ingat! Dia juga rapper yang datang bersama Hanbin di pesta Junhoe! “Ah! Kau Song Mino?”tebakku kemudian.

                Laki-laki itu mengerutkan alisnya, “Bagaimana kau tau namaku sedang aku tidak tau namamu?”. Ia tersenyum lagi. “Tentu saja aku mengingat wajahmu di pesta pembalap itu. Aku ingin mengajakmu berkenalan, tapi kau terburu pergi. Aku Song Mino”ia menyodorkan tangannya.

                “Jin Ara”kujabat tangannya kemudian. “Kudengar penampilanmu sangat bagus, sayang sekali aku terlambat datang.”ujarku basa-basi. Yah, aku memang orang yang hebat dalam basa-basi, ku akui itu.

                Mino menanggapiku dengan sebuah senyuman. “Apa yang kau lakukan disini?”

                “Aku mencari seseorang. Kim Hanbin. Kau mengenalnya, bukan?”tanyaku kemudian.

                “Hanbin?”Mino menaikkan sebelah alisnya. “Kau yakin? Maksudku, kau temannya?”

                “Kenapa?”kukerutkan alisku.

                “Entahlah, ini pertama kalinya ada seseorang yang mencarinya. Dan, aku yakin kau bukan pecinta music seperti ini, jadi kau bukan salah satu penggemarnya.”

                “Kami teman lama.”kusunggingkan senyumku canggung. “Bisa kau beri tau dia ada dimana?”

                Mino menganggukkan kepalanya enggan dan membawaku masuk ke dalam ruangan yang di tunjuk oleh panitia tadi. Ia kemudian membawaku pergi ke pojok ruangan dan berhenti di hadapan seorang lelaki yang tengah duduk bersandar pada loker di belakangnya dengan handuk kecil menutupi seluruh wajahnya. Kutarik nafasku berat, aku dapat melihat garis rahangnya samar. Jelas sekali, dialah orangnya.

                “Oi! Hanbin-ah!”sahut Mino kemudian.

                “Ya hyung”sahutnya kemudian.

                “Ada temanmu mencarimu!”ujar Mino kemudian sebelum akhirnya tersenyum padaku dan meninggalkan kami berdua.

                Kudengar laki-laki di hadapanku itu menghela nafas panjang. Ia kemudian meraih handuknya dan menyingkirkannya dari wajahnya, kemudian menatapku. Kubuka kedua mulutku pelan, tapi otakku serasa beku hingga aku tak tau harus berkata apa.

                “Siapa kau?”tanyanya kemudian.

                Kurasakan dadaku serasa di hantam keras. Ini kedua kali ia mempertanyakan siapa diriku. Ya Tuhan, haruskah ia berakting seperti itu bahkan di saat tidak ada orang di sekitar kami? Haruskah ia berpura-pura tidak mengenaliku?

                “Boleh..kah..aku..duduk?”kulirik ruang kosong di bangkunya. Aku benar-benar menahan diriku untuk tidak meledak-ledak sekarang ini.

                “Ya”jawabnya, membuatku memberanikan diri duduk di sebelahnya, bahkan sisi bahu kami saling bersentuhan.

                “Kau…”kurasakan tenggorokanku tercekat. “Apa kau benar-benar harus melakukan ini padaku? Apa kau benar-benar harus berpura-pura untuk tidak mengenaliku?”

                “Kurasa kau salah orang”ia mengangkat kembali handuknya, hendak menutup kembali wajahnya, tapi entah kesurupan apa, kurebut handuknya membuatnya kini benar-benar menoleh menatapku.

                “Kau pikir seberapa banyak perubahan hanya dalam waktu 6 tahun, hah?! Aku tidak tau kenapa kau begitu membenciku hingga kau bersikap seperti! Tapi aku mohon, Hanbin-ah! Aku… Tidakkah kau ingat? Jin Ara?”kuremas kedua telapak tanganku, berusaha menahan air mataku.

                Wajahnya tak berubah sama sekali. Ia tetap menatapku dengan dingin. “Kau salah orang”ujarnya untuk kesekian kalinya.

                “Sela aku jika aku salah menyebutkannya. Kau Kim Hanbin, lahir 22 oktober, golongan darah o. Kau tinggal dengan ibumu, sedangkan ayahmu sudah memiliki keluarga lagi di Amerika. Ibumu seorang manajer pariwisata, kau habiskan masa kecilmu di Jeju sebelum akhir pindah ke Incheon dan akhirnya menetap di Seoul. Kau alergi kepiting dan kau sangat suka permen mint. Kau memiliki insomnia, dan saat penyakit itu kambuh kau akan menghabiskan waktumu singgah dari satu restoran fast food ke yang lainnya hanya untuk melihat orang-orang melintas. Saat tersenyum, sisi kanan bibirmu sering kau naikkan lebih tinggi agar terlihat keren! Dan dengan penampilan dan wajah itu… Kau masih bisa berkata bahwa aku salah mengenali orang?! Bahwa aku salah mengenali Kim Hanbin?!”

                “A…”Hanbin membuka mulutnya. Ada sedikit rasa kaget terpancar di wajahnya. “Bagaimana kau… Maaf, aku sedikit buruk dalam mengenal orang lain”

                “Orang lain? Aku bukan orang lain! Aku Ara! Jin Ara! Ini sama sekali tidak lucu! Apapun yang sedang kau mainkan sekarang ini, kumohon hentikanlah!”. Aku kalah! Baiklah, aku mengaku kalah! Air mataku sudah menetes membasahi pipiku. Aku tidak bisa menahannya, sungguh aku tidak bisa menahan diriku yang sudah hampir meledak. Rasanya seperti seseorang telah menanamkan bom waktu di dalam dadaku.

                “Maafkan aku, tapi aku sama sekali tidak bisa mengingatnya”Hanbin menghela nafasnya. “Aku tidak berbohong. Sama sekali”

                Kutatap wajah Hanbin sekali lagi. Aku tidak tau apakah akting sangat sempurna, atau memang ia sama sekali tidak berdusta. Ya, ia Nampak begitu jujur dengan kata-katanya. Ya Tuhan, memikirkan semua ini membuatku lemas. Jika ia benar-benar tidak mengenaliku, apakah itu berarti… Tidak, aku tidak mungkin salah mengenali orang. Tidak mungkin ada 2 orang dengan wajah sama, nama sama, dan identitas sama di dunia ini! Bagaimana ingatannya bisa terhapus dengan mudahnya, sedangkan aku…

                “Apa yang harus kulakukan…”kutundukkan wajahku pelan, airmataku mengalir semakin deras, hingga membuatku kesulitan bernafas. “Kalau kau tak mengingatku apa yang harus kulakukan?”

                “Hei”kurasakan sebelah tanganku di genggam. Kutatap Hanbin yang kini justru mengalihkan pandangannya dariku. “Aku tidak tau apa yang sudah ku lewatkan tentangmu. Maaf.”ia menghela nafasnya, “Aku paling tidak suka melihat seorang gadis menangis”

                “Kim Hanbin-ssi! Kami akan mengumumkan pemenangnya sebentar lagi!!”seseorang berteriak pada Hanbin.

Laki-laki itu kemudian melepas genggamannya dari tanganku dan beranjak berdiri. Ia merogoh kantongnya dan melemparkan sesuatu padaku. “Kau akan membutuhkannya untuk lututmu. Jika aku jadi kau, aku tidak akan pernah mau mengenal orang yang telah melupakanku. Mungkin sebaiknya kau melupakan apapun yang kau ingat tentangku!”sahutnya kemudian.

“Tunggu!”kuraih tangannya sebelum ia beranjak pergi. Entah apa yang merasukiku saat ini hingga aku mengatakannya, “Aku membencimu. Sangat-sangat membencimu hingga aku mencampurkan hatiku ke dalamnya. Jika kau tidak mengingatku sekarang ini, aku akan membuatmu mengingatnya! Kau akan mengingatnya hingga hal terkecil yang kau sepelekan!”

Hanbin menoleh menatapku. Aku tersenyum, dengan cara senyumnya yang masih melekat dalam ingatanku. “Jika kau masih ingat dengan lirik yang kau buat dulu. Forget the promenade, let’s juggernaut, down memory lane, leave no thought alive to the slaughter house, I’m taking my pain, time to sever my brain from my heart and soul. My knees are burning, but God is cold

Hanbin terdiam, ia kemudian melanjutkan “I follow in your shadow, I make a phone call, I become thrilled at the sound of your shaking breath. My heart runs after your increasingly quick steps. I think I’ll go crazy”. Ia menghela nafasnya lagi, “Bagaimana kau tau?”

Aku mendengus pelan. “Bukankah seharusnya aku yang bertanya? Bagaimana kau bisa mengingat semua itu, tapi tidak denganku. Aku adalah masa lalumu, jika kau anggap begitu. Dan jika kau sudah membuangku jauh-jauh, aku…”

“Tunggu!”Hanbin memotongku. “Jin Ara, bukan?”ia menatapku, “Kali ini aku akan mengingatmu. Mulai detik ini”

***

                “Hanbin-ah, apa yang sedang kau tulis?”

                “Bukan apa-apa, hanya beberapa lirik untuk rapku”

                “Boleh aku melihatnya?”

                “Tidak”

                “Kenapa?”

                “Karena ini belum selesai. Aku sedang berfikir keras bagaimana menggambarkannya dengan kata-kata yang tepat. Kau tau sebanyak apapun kau menulis, terkadang tidak mewakili sepenuhnya apa yang kau rasakan. Kata-kata itu jauh lebih rumit dari tindakan, tapi jika kau dapat merangkainya dengan tepat, itu mungkin bisa menjadi hal yang terindah yang pernah kau buat.”

                “Memangnya lagu tentang apa yang sedang kau tulis?”

                “Seseorang yang tak bisa kulupa. Seseorang yang dengan begitu saja dapat mengosongkan sebagian otakku hanya untuk di tempatinya”

                “Siapa?”

                “Kau tidak perlu bertanya. Karena sekarang ini aku sedang bersamanya.”

 

10 responses to “(Part 1) EX

  1. Hanbin amnesia…tapi ahir yg indah

  2. Seruuu. Pliss, author-nim lanjutkan!!

  3. Ga tau musti komen apa, ff nya baguss!!
    Huwaaaa hanbinnnm gemesinnn!! ^-^

  4. Ping-balik: (Part 6) EX | Angelinblack's Blog

  5. Ping-balik: (Part 5) EX | Angelinblack's Blog

  6. Ping-balik: (Part 4) EX | Angelinblack's Blog

  7. Ping-balik: (Part 3) EX | Angelinblack's Blog

  8. Ping-balik: (Part 2) EX | Angelinblack's Blog

  9. Ping-balik: (Part 7) Ex | Angelinblack's Blog

Tinggalkan komentar