{Two Shoots} Waiting for you, Yang Seungho… – 1


Author : Ludvictorious

Length : 2 shoots

Genre : Romance

Main Cast : Yang Seungho MBLAQ, Readers

Supporting : Lee Hongki
 
***

Kau tau ini sulit kan?

Membuat seseorang jatuh cinta kepadamu itu tidak mudah,lalu kenapa aku kau bisa membuatku jatuh cinta kepadamu hanya dengan satu kalimat itu itu? Apakah dunia tak seadil ini?

***

“Kau tak memakan makananmu?” Hong-ki mengagetkan ku,sepertinya dari tadi aku melamun. Aku menggeleng menjawab pertanyaanya.

Hong-ki menaruh mantelnya dipunggung kursi dan segera duduk dihadapanku diikuti seorang pelayan yang menyodorkan menu sesegera mungkin. “Aku moccacino late” Hong-ki tersenyum,dan pelayan itu pun sudah tak terlihat lagi.

“Ada apa? Apa ini tentang Seungho?” pertanyaan Hong-ki membuatku kembali mengingat alasan mengapa aku sekarang duduk disini. Aku mengaduk capucinno hangat didepanku tanpa mengatakan apapun.

“Aku anggap itu sebagai ‘Iya’” Hong-ki berkata sambil menyambut pelayan yang mengantarkan pesanannya.

Aku hanya tak tau harus bagaimana. Aku yang mengundang Hong-ki kesini,tapi aku yang tak berbicara apa-apa. Biarlah,toh biasanya juga seperti ini. Aku sudah membuatnya terbiasa,tapi kenapa waktu-waktu seperti ini terasa semakin menyakitkan.

“Dia masih tak menghubungimu?” Hong-ki berkata seolah-olah kejadian seperti ini sudah sangat sering terjadi.

Aku mengangguk. Keadaannya memang selalu seperti ini. Seungho sudah lama tak menghubungiku lagi.

“Kau sudah coba menghubungi teman-temannya lagi?”

“Sudah” Aku mengembuskan nafasku,kali ini aku benar-benar lelah.

“Lalu apa kata mereka?” Hong-ki mengeluarkan ponsel nya.

“kata mereka..dia baik-baik saja” Aku tau apa yang akan terjadi ketika aku selesai mengucapkannya.

“hanya itu?! Ya! Kau tak menanyakan kenapa dia tak menghubungimu?!” benara saja,Hong-ki selalu meneriakiku seperti ini.

“Yah Nara,sampai kapan kau terus seperti ini? Kau hanya akan berjalan ditempat kau tau?” suara Hong-ki melemah,Aku tau Hong-ki sendiri pasti lelah menghadapi aku yang terus seperti ini.

“Aku tau,aku hanya terlalu takut”

“baiklah,aku mengerti. Setidaknya kau temui dia,dia juga harus tau keadaanmu” suara Hong-ki sangat lembut.

“iya,aku mengerti” Aku tetap tak berani menatap matanya langsung. Kami terdiam cukup lama.

“Baiklah,aku tak bisa berlama-lama disini. Banyak yang harus aku selesaikan hari ini” Hong-ki mulai bergegas,ini terlihat aneh.

“Ah,kopimu?” aku menatapnya heran. Hong-ki sudah memakai mantelnya dan tersenyum, “untukmu saja”

Apa itu?wajahnya kelihatan senang sekali. Hong-ki pun berlalu meninggalkanku.

Aku bergegas keluar dari cafe kecil itu,berjalan menyusuri jalan yang asing,orang-orang yang tak ku kenal dan obrolan-obrolan mereka yang sama sekali tidak terlalu jelas terdengar,mereka seperti saling berbisik kemudian tertawa. Bukannya tak menegerti bahasanya,hanya saja terlalu malas dan mencerna apa yang mereka bicarakan dan memadukannya dengan ekspresi mereka saat mengatakannya,haah..itu sangat sulit untukku.Aku sampai pada halte bus,langit sudah gelap dan udara sudah mulai dingin. Aku membuka flap ponselku,masih tidak ada apapun. Aku melihat ke sekeliling,hanya ada Aku,seorang lelaki yang masih mengenakan jas kantornya yang tertutup mantel dan seorang gadis yang juga masih memakai seragam sekolahnya duduk di bangku paling pinggir. Sampai sekarang aku masih belum bisa membedakan mana seragam pelajar SMA dan SMP di negara ini,rasanya semua hampir sama. Gadis itu melepaskan earphonenya dan memandangku heran,cepat-cepat aku mengalihkan pandanganku darinya.

Kemudian gadis itu menggeser duduknya sejengkal lebih jauh dari tepat dia duduk sebelumnya,dan kembali memasang earphone nya. Ternyata caraku melihatnya telah membuatnya terganggu.

Aku tengah merapikan rambutku yang aku kira telah membuatnya menjauh.Apa begitu aneh melihat gadis dengan kulit coklat sambil menggendong gitar?! Tiba-tiba bus yang aku tunggu sudah ada didepan mataku. Akupun bergegas menaiki bus,banyak kursi kosong didalam.

Aku memperhatikan bangunan-bangunan yang berkilaun cahaya,kota ini tampak baik-baik saja. Belum sepenuhnya memasuki musim dingin,tapi kenapa aku merasa sangat dingin?. Aku semakin menenggelamkan telapak tanganku di kedua saku mantelku.

Seungho,kenapa kau tak menghubungiku?

4 years ago…

Aku meletakan chiken yakiniku dan semangkuk salad didepannya,Seungho tengah membaca sebuah surat yang..sepertinya sedikit resmi. Aku coba mengintip dan membacanya.

“whooa..kau akan kembali ke korea?!” aku berteriak begitu saja,saat setelah aku membaca beberapa kalimat didalam surat itu.

Seungho baru menyadari kalau aku juga ikut membaca surat ditangannya, “Yah! Sikapamu tidak sopan sekali” namun tidak ada nada kecewa didalam kata-katanya. Dia memukul kepalaku dengan kertas surat tadi yang sudah digulungnya. Cukup keras sehingga aku mengelus kepalaku,Seungho tersenyum melihatku. “Jadi..kau sungguh akan kembali ke korea?” tanyaku tanpa melihat ke arahnya,yang aku harapkan ia akan berkata bahwa surat itu salah alamat dan dia tiak akan kembali ke korea,yah setidaknya tidak dalam waktu dekat ini. Tetapi,tawa kecilnya berhenti, “Iya,lusa aku akan kembali ke korea” Seungho mengatakannya tanpa melihat wajahku. Aku menatapnya kedua matanya untuk meyakinkan pendengeranku kalau yang aku dengar itu salah. Aku kenal Seungho,dia tidak pandai berbohong. Yang aku lihat dari matanya adalah benar. Kemudian Seungho menatap mataku dalam,tangannya menggenggam kedua tanganku “Nara,ikutlah bersamaku”. Kepalaku pusing,dia tidak pernah memberitahuku soal hal ini,ini hanya terlalu mendadak. Aku melepaskan tanganku darinya “a..aku harus membantu ayahku” dan bergegas meninggalkannya. Malamnya aku menangis, Seungho sama sekali tidak menghubungiku setelah itu.

Seungho,kau memang kekasihku,tapi ini begitu tiba-tiba.

Esoknya Seungho datang menemuiku di restoran,yang aku ingat dia hanya mengucapkan kata maaf berulang-ulang kali. Dia terlihat seperti bukan Seungho yang ku kenal,dia terlihat rapuh. Aku tidak bisa berkata apa-apa saat itu,aku terlalu mencintainya.

Seungho juga mengatakan,bahwa ia akan terus menghubungiku dan berkata “ sayang, semua akan baik-baik saja”

Dan pada hari keberangakatannya,aku mematikan ponselku. Yang aku lakukan hanya berharap kalau semua ini hanya mimpi buruk,namun pada kesesokan harinya Seungho tak datang ke restoran Ayahku,hari esoknya,esoknya lagi dan seterusnya.

Aku bertemu dengannya saat dia dan beberapa temannya mengunjungi restoran milik ayahku. Waktu pertama melihatnya,aku langsung tau kalau mereka adalah orang asing. Tidak ada yang aku tau tentang lelaki-lelaki berkulit putih ini,yang aku ingat mereka mempunyai senyum yang membuatku sedikit meleleh. Meskipun baru berusia 17 tahun,aku mempunyai tipe lelaki ku sendiri,dan mereka itu..sama sekali bukan tipeku. Sejak hari itu ia dan beberapa temannya sering mengunjungi restoran kami. Ayah juga sudah mulai akrab dengan mereka,sesekali ayah akan tertawa bersama mereka ketika membawakan makanan yang mereka pesan,namun hanya ada satu orang yang hanya tersenyum kemudian kembali terlihat serius. Suatu hari saat mereka kembali datang,aku menanyakan kepada Ayah tentang lelaki-lelaki bermata sipit itu. Kata Ayah,mereka adalah valounteer sebagai pelatih Tekwondo dari KOICA. Beberapa kali aku cerna,aku tidak mengerti sama sekali apa yang ayah katakan,yang jelas mereka orang korea dan mereka mempunyai selera fashion yang unik.

Akupun mulai memperhatikan gerak-gerik mereka,namun hanya satu orang yang menarik perhatianku.Hanya dia yang tidak peduli dengan Kak Marta, karyawan paling cantik di restoran kami. Sebelumnya tidak ada satupun pengunjung restoran kami yang tidak bisa tidak melihat kecantikannya. Ka Marta begitu kesal saat mencertikannya kepadaku,yang aku lakukan hanyalah tertawa sambil melihat ke arah lelaki yang dia maksud. Tiba-tiba saja lelaki itu menatapku dari mejanya,mata kami bertemu. Aku segera mengalihkan pendanganku darinya dan berhenti untuk tertawa.

Hari berikutnya dia tidak datang bersama rombongannya. Aku memeriksa menu yang mereka pesan,hari ini tanpa chiken yakiniku. Aku jadi berpikir,apa ini yang selalu laki-laki itu pesan?

Restoran sedang ramai hari itu,terpaksa aku juga harus ikut membantu mengantarkan makanan ke meja tamu. Biasanya aku hanya berdiri didepan kasir dan melamun. Aku mengantarkan makanan yang dipesan oleh gerombolan lelaki nyentrik itu,mereka tengah mengobrol ,beberapa tersenyum begitu melihatku “terima kasih” kata salah satu dari mereka,aku pun membalas “sama sama” mereka juga mengobrol dengan bahasa Indonesia yang sangat baku.

“kenapa hanya berempat?dimana lelaki itu?” aku mengatakannya begitu saja,mereka hanya memperhatikanku dengan penuh tanya,aku menyesal telah menanyakannya, sejenak aku merasa bodoh. “maksudmu aku?” seseorang telah muncul dibelakangku.

Semenjak hari itu,aku mengetahui namanya dan dari hari ke hari hubunganku dengannya jadi aneh. Yang Seungho orang yang kaku dan tidak banyak bicara ,tapi dia sering memberiku pandangan-pandangan yang sama sekali tak pernah aku pikirkan saat menghadapi masalah apapun. Itu membuatku sedikit kagum padanya. Hal aneh terjadi,dia menyatakan perasaannya padaku,dan aku tidak bisa tidak mengatakan ‘aku juga menyukaimu’ Waktu itu aku pikir hari itu adalah hari terburukku,tapi ternyata aku salah, Yang Seungho sudah resmi menjadi kekasihku sejak hari itu.

—–

Aku akan tersenyum mengingat kejadian itu,dan akan kembali melamun setelah tersadar dengan kejadian saat ini. Ponsel ku berdering,cukup membuatku terkejut. Aku membuka flapnya,sebuah sms.

Dari : Tae-Jin

Kau tak lupa letak studio nya kan?

Aku harap kau sedang berlari kesini sekarang

Ah~ ayo cepatlah!

Aku tersenyum,dan segera membalasnya.

To : Tae-Jin

Aku tau aku tau,aku sedang didalam pesawat jet ku

Mungkin sekitar 1 jam lagi ^^

Beberapa detik kemudian ponselku kembali berdering,aku tau dia akan membalas apa. Aku turun dari bus ku,dan segera berlari ke arah studio musik.

2 tahun yang lalu,aku memutuskan untuk melanjutkan sekolah ku di sini,di Korea. Awalnya sangat sulit beradaptasi disini. Aku bukan orang yang mudah bergaul,jadi aku menemui masa-masa sulit ku waktu itu. Namun banyak orang mulai mendukungku,terutama Laras. Ya Laras,aku masih ingat kejadian waktu itu..

-< To be continued>-

Tinggalkan komentar